SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Keinginan Pemkot Surabaya untuk mengemas tampilan Festival Rujak Uleg 2019 yang lebih heboh dan menarik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya benar-benar tercapai. Agenda tahunan yang digelar untuk menyemarakkan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-726 ini benar-benar spektakuler.
Kawasan jalan legendaris, Kembang Jepun Surabaya yang menjadi lokasi Festival Rujak Uleg 2019, pada Minggu (17/3/2019) pagi, berubah menjadi lautan manusia. Warga Kota Surabaya dan para wisatawan tumplek-blek di kawasan tersebut. Bahkan, festival itu sukses memecahkan dua Rekor MURI sekaligus, yaitu cobek terbesar dan peserta terbanyak.
Baca Juga: One Voice SMPN 1 Surabaya Raih Juara Dua Kategori Bergengsi di SWCF 2024
Pada kesempatan itu, Wali Kota dan para tamu undangan dari konsulat jenderal negara sahabat yang ada di Surabaya, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dan tamu VIP nguleg bareng di cobek raksasa. Setelah itu, ia lalu membagikan rujak yang diulegnya itu kepada salah satu warga yang menyaksikan festival itu.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam sambutannya mengatakan, tahun lalu Pemkot Surabaya tidak bisa menggelar Festival Rujak Uleg. Bahkan, Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) tahun lalu diselimuti oleh duka karena mendapatkan cobaan dari Tuhan yang maha kuasa.
“Oleh karena itu, saya berharap dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan kepada seluruh warga Kota Surabaya, kita semua ini bersaudara, kita tidak boleh saling bermusuhan, kita tidak boleh membenci dan dendam. Tidak ada agama apapun yang mengajarkan benci dan dendam,” kata Risma, sapaan Tri Rismaharini dalam sambutannya.
Baca Juga: SWCF 2024 Jadi Ajang Kenalkan Seni dan Budaya Surabaya ke Kancah Internasional
Risma juga mengajak kepada seluruh warga Kota Surabaya untuk bergandengan tangan. Sebab, dengan cara bergandengan tangan itu akan bisa maju lebih cepat lagi. Bukan malah sebaliknya, memendam rasa benci dan iri, karena kalau itu yang dilakukan maka tidak akan pernah maju.
“Ayo kita bersama-sama melupakan perbedaan. Mari kita tingkatkan persamaan, kita buat persamaan itu menjadi kekuatan kita untuk lebih maju lagi ke depannnya,” kata dia.
Saat itu, Risma juga mengajak kepada warga Kota Surabaya untuk membuktikan tidak ada dendam dan iri. Ia pun mengajak warga untuk membuktikan kepada dunia bahwa warga Kota Surabaya bisa bergandengan tangan untuk lebih maju.
Baca Juga: Pemkot Surabaya Raih UHC Award 2024, Anggarkan Rp500 Miliar per Tahun untuk Warga Berobat Gratis
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga menjelaskan bahwa rujak itu sudah mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat karena gizinya sudah lengkap. Di dalam rujak itu terdapat sayuran, daging, dan kacang-kacangan, sehingga rujak itu termasuk makanan yang gizinya sudah lengkap. “Rujak uleg ini sudah masuk dalam hak paten, hak merk di Kota Surabaya. Jadi insyallah tidak ada yang bisa ngambil,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya Antiek Sugiharti menjelaskan, Festival Rujak Uleg kali ini sukses memecahkan dua Rekor Muri sekaligus, yaitu cobek terbesar dan peserta terbanyak.
"Khusus untuk cobek terbesar, Pemkot Surabaya kali ini menggunakan cobek raksasa yang terbuat dari Batu Gunung dengan diameter 250 cm, berat 1,5 ton, tinggi cobek 30 cm, tinggi dudukan cobek 140 cm. Cobek ini dapat digunakan sebanyak 20-25 orang. Rekor cobek terbesar ini baru pertama yang didapatkan oleh Pemkot Surabaya,” kata Antiek seusai acara.
Baca Juga: Anak Anggota DPRD Surabaya Jadi Korban Jambret di Galaxy Mall
Sedangkan Rekor MURI kedua adalah peserta terbanyak. Khusus untuk peserta yang ikut dalam festival kali ini ternyata membengkak. Awalnya, panitia hanya menerima sebanyak 1.692 orang, namun karena antusiasme para peserta yang tinggi, akhirnya dibuka lagi hingga mencapai 1.800 lebih.
“Kalau kita tidak tutup, pesertanya pasti lebih banyak lagi. Rekor peserta terbanyak ini, kami memecahkan Rekor MURI sebelumnya, yang mana dulu tahun 2013 kami sudah mendapatkan Rekor MURI dengan peserta 1.300, tapi kali ini 1.800 lebih,” kata dia.
Antiek juga bersyukur bahwa antusiasme para peserta dan warga yang menyaksikan festival itu sangat tinggi. Ia juga menjelaskan bahwa para peserta yang banyak itu kemudian dipilih 60 besar yang terbaik. 60 besar dari perwakilan grup itu mendapatkan uang pembinaan dan selanjutnya dipilih lagi menjadi 12 grup juara festival.
Baca Juga: Kampung Madani di Krembangan, Wujud Semangat Gotong Royong Masyarakat
“Nah, 12 grup yang juara ini mendapatkan uang pembinaan dan juga sepeda onthel,” pungkasnya. (ian/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News