SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sebanyak 10 ribu nampan gratis telah dibagikan oleh Pemkot Surabaya kepada para pedagang di 67 pasar yang dikelola PD Pasar Surya. Penggunaan nampan untuk transaksi pembayaran ini untuk menghindari kontak langsung saat transaksi pembayaran antara penjual dan pembeli, sebagai salah satu konsep pembentukan Pasar Tangguh di Surabaya.
Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah Kota Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, sejak PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di Surabaya tidak diperpanjang, transaksi pembayar di pasar melalui nampan itu telah diterapkan. Tujuannya, untuk menghindari transaksi atau kontak langsung antara penjual dan pembeli.
Baca Juga: Jelang Ramadan, Pj Gubernur Jatim Sidak Pasar, Beberapa Komoditas Bapok Alami Kenaikan Harga
“Jadi nampan pembayaran itu sudah diterapkan, dan itu ide dari Ibu Wali Kota. Pembayaran melalui nampan itu wajib diterapkan oleh pedagang. Nah, nanti misalnya yang dapat nampan itu hilang, ya harus membeli lagi dan itu harus dilakukan,” kata Hebi di Balai Kota Surabaya, Minggu (14/06).
Selain menerapkan metode pembayaran melalui nampan, Hebi menyebut, di pasar basah seperti pedagang daging dan ikan, mereka juga melengkapi lapaknya dengan tirai plastik. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya cipratan-cipratan air kepada para pembeli.
“Nah ini yang harus diantisipasi. Sehingga harus ada tirai berupa plastik itu, untuk membatasi agar cipratan-cipratan tersebut tidak menempel ke mana-mana, agar tidak sampai nyiprati ke pembeli,” katanya.
Baca Juga: Diduga Korsleting, Pasar Simpang Darmo Terbakar
Pihaknya memastikan, saat ini terus gencar mensosialisasikan protokol-protokol tersebut kepada para pedagang di pasar. Seperti di Pasar Genteng Baru dan Tambahrejo, para pedagang daging atau ikan di sana telah melengkapi lapaknya dengan tirai plastik. “Kayak penjual daging itu dikasih tirai semuanya. Jadi sudah ada di Pasar Genteng Baru mulai kemarin, terus yang di Pasar Tambahrejo sedang dikerjakan,” ujar Hebi.
Meski begitu, Hebi menyatakan, bahwa pembentukan Pasar Tangguh ini tak hanya diterapkan kepada 67 pasar yang dikelola PD Pasar Surya. Namun, seperti Pasar Krempyeng yang dikelola LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan) atau warga setempat, juga terus didorong untuk menyiapkan skema pembentukan Pasar Tangguh.
“Pasar Krempyeng kita koordinasi dengan Satpol PP, kecamatan, dan Bagian Pemerintahan, untuk menata pasar-pasar Krempyeng tersebut. Nantinya ke depan semuanya harus seperti itu,” jelasnya.
Baca Juga: DPRD Minta Pemprov Segera Respons Masuknya Omicron ke Jatim
Kepala Satpol PP Kota Surabaya, Eddy Christijanto mengungkapkan, dari 101 Pasar Krempyeng yang ada di Surabaya, sebanyak 49 pasar sudah dilakukan penataan. Penataan ini pun dilakukan dengan menyesuaikan kearifan lokal. Yakni melibatkan pengurus RT/RW dan LPMK. Salah satunya yaitu menerapkan physical distancing dan mewajibkan memakai masker baik kepada pedagang maupun pembeli di pasar.
“Kalau physical distancing di dalam pasar tak mencukupi dan pedagang lebih, maka kita tata di jalan. Tapi kalau misalnya jalan itu pukul 06.00 WIB dipakai, maka sebelum pukul 06.00 WIB, jalan harus bersih. Nah, itu yang kita lakukan,” kata Eddy.
Namun demikian, Eddy menyatakan, sejauh ini pihaknya memastikan akan memaksimalkan penataan di dalam pasar sebelum memanfaatkan badan jalan. Bahkan, etika perilaku agar tidak menerima uang secara langsung juga dilakukan dengan memanfaatkan nampan sebagai transaksi penjualan.
Baca Juga: Wali Kota Eri Bersyukur Surabaya Level 1, Pakar Epidemiologi Nilai Pantas
“Tapi yang jelas, pakai masker dan physical distancing-nya dulu. Harapan kita 101 Pasar Krempyeng itu bisa kita tata. Kita sedang menata 6 lagi, nanti jumlah 55. Memang harus pelan-pelan bertahap, tapi kita terus bergerak, kita edukasikan,” katanya.
“Nanti di Pasar Krempyeng itu juga kita bentuk Pasar Tangguh. Kita pelan-pelan menata, kita harap para pengurus pasar bisa berperan aktif. Namun yang penting adalah para pedagang sadar dulu, disiplin menerapkan protokol kesehatan, baik pedagang maupun pembeli,” jelas Eddy.
Sementara itu, Direktur Teknik dan Usaha PD Pasar Surya Muhibuddin menambahkan, pihaknya sedang melakukan penataan dengan konsep Pasar Tangguh. Di Pasar Tangguh ini bakal dilakukan perubahan budaya tentang cara belanja di pasar.
Baca Juga: Situasi Covid-19 Surabaya Turun ke Level 2, Positivity Rate Jauh di Bawah Standar WHO
Selain pedagang dan pengunjung wajib memakai masker, serta dilakukan pengecekan suhu badan, cara transaksi pembeli ke pedagang juga diubah. Biasanya, transaksi pembayaran dilakukan pembeli dengan memberi uang dan langsung diterima pedagang.
"Sekarang cara atau budaya itu diubah. Pembayaran dialihkan menggunakan nampan. Pembeli menaruh uang di nampan, lalu jika ada uang kembalian juga diletakkan di nampan itu," kata Muhibuddin.
Dengan cara tersebut, diharapkan tidak ada interaksi langsung atau sentuhan tangan antara pembeli dengan pedagang. Paling tidak, cara tersebut bisa meminimalisir kontak fisik. "Ini sudah mulai kita sosialisasi dan terapkan di pasar-pasar yang kita kelola, termasuk di dua pasar tangguh yakni di Pasar Genteng Baru dan Pasar Tambahrejo," terangnya. (ian/rev)
Baca Juga: Giliran Mayapada Group Bagikan Sembako Buat Warga Surabaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News