Waspadai Chikungunya dan DBD yang Mengintai di Masa Pandemi: Konsumsi Makanan Bergizi

Waspadai Chikungunya dan DBD yang Mengintai di Masa Pandemi: Konsumsi Makanan Bergizi Salah satu pasien Chikungunya saat dirawat. (foto: ist).

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Di tengah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung, warga diminta mewaspadai penyakit dan DBD (Demam Berdarah Dengue). Serangan ini paling banyak terjadi antara pukul 10.00 sampai 12.00 WIB.

Direktur RSUD Gambiran , Dr. Fauzan Adima M.Kes., mengingatkan ancaman dan DBD yang mengintai saat ini. Jumlah penderita pada bulan Juni ini, merupakan yang tertinggi sejak awal tahun 2020.

Baca Juga: Kota Kediri Jadi Tuan Rumah Gebyar Hateri Ke-39, Pj Zanariah Buka Rakor Persiapan

“Jumlah penderita pada bulan Juni ini sebanyak 128 orang. Paling banyak ditemukan di Kecamatan Mojoroto, yakni sebanyak 88 orang,” kata Fauzan Adima, Kamis (25/6/2020).

Keberadaan pasien di Kecamatan Mojoroto, tersebar di Puskesmas Campurejo (23 orang) dan Puskesmas Sukorame (65 orang). Dengan lokasi terjangkit di Kelurahan Campurejo, Tamanan, Sukorame, Bujel, dan Mojoroto.

Temuan pasien lainnya, berada di Kelurahan Banaran (40 orang) yang saat ini menjalani perawatan di Puskesmas Pesantren. Jumlah ini meningkat tajam dari bulan sebelumnya, Mei 2020 yang hanya 17 orang. Kasus itu juga hanya terjadi di Kelurahan Mojoroto saja. Sejak bulan Januari hingga akhir Juni 2020, jumlah keseluruhan kasus di , sebanyak 191 kasus.

Baca Juga: Soal Indonesia Emas 2045, Vinanda-Qowim Siapkan Program Smart Living dan Lingkungan Berkelanjutan

Berbeda dengan yang jumlahnya tinggi, temuan kasus DBD cenderung kecil. Sejak Januari hingga Bulan Mei 2020, jumlah pasien DBD sebanyak 100 orang. Mereka tersebar merata di Kecamatan Mojoroto, Kota, dan Pesantren. Angka tertinggi kasus DBD terjadi di bulan Maret sebanyak 30 kasus, sedangkan data bulan Mei jumlahnya mulai turun menjadi 15 kasus.

Fauzan Adima menambahkan, penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ini memang kerap terjadi di daerah tropis, seperti Indonesia. Demam dan DBD memiliki banyak kemiripan pada tahap awal, sehingga kerap terjadi salah diagnosis untuk pengobatannya.

Nyamuk aedes aegypti memiliki karakteristik dalam menggigit manusia. Nyamuk ini beroperasi antara pukul 10.00-12.00 WIB. Dalam beberapa kasus, nyamuk ini juga menyerang pada pukul 16.00-17.00 WIB atau sebelum magrib.

Baca Juga: ODGJ pun di Kota Kediri Kini Haru Miliki KTP-El, Begini Kisah dan Caranya Petugas Perekaman

“Penting untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan di masa pandemi ini. Selain kebersihan diri untuk mencegah corona, juga mengantisipasi gigitan nyamuk,” kata Fauzan Adima.

Pada serangan pertama, gejala klinis yang muncul akibat gigitan nyamuk adalah demam, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, serta ruam. Fase berikutnya mulai terdapat perbedaan pada DBD, di mana pasien bisa mengalami pendarahan ringan hingga neutropenia.

Perbedaan lainnya adalah demam memiliki masa inkubasi virus sekitar 1-12 hari, sedangkan gejala dan penyakitnya bisa berlangsung sekitar satu hingga dua minggu.

Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Lepas Keberangkatan Almarhum Gus Sunoto ke Peristirahatan Terakhir

"Untuk penderita DBD masa inkubasinya 3-7 hari, dengan durasi penyakit bisa berlangsung dari 4-7 minggu, tergantung sistem kekebalan tubuhnya. Maka dari itu, disarankan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan berolahraga teratur," tutupnya. (uji/zar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Tanam Pohon dan Tebar Benih Ikan Warnai Peringatan Hari Bumi dan Hari Air Dunia di Kota Kediri':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO