Abdullah: ​Politik Dinasti Masih Mewarnai Pilkada Jatim 2020

Abdullah: ​Politik Dinasti Masih Mewarnai Pilkada Jatim 2020 Abdullah, Direktur Lembaga Kajian Pelayanan Publik Jawa Timur (LKPP Jatim). (foto : ist).

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Politik dinasti masih mewarnai demokrasi di Tanah Air, termasuk Jawa Timur. Tongkat estafet kepemimpinan tidak hanya beralih dari orang tua ke anak, tetapi juga dari suami ke istri, seperti di Banyuwangi. Ipuk Fiestiandani, mendapatkan rekom dari DPP PDI Perjuangan untuk maju sebagai calon bupati menggantikan suaminya, Abdullah Azwar Anas yang sudah dua periode memimpin Banyuwangi.

Menurut Abdullah, Direktur Lembaga kajian Pelayanan Publik Jawa Timur (LKPP Jatim), hal itu sah-sah saja dalam demokrasi. Pasalnya, siapa pun berdasarkan Undang-Undang memiliki hak yang sama untuk mencalonkan dan dicalonkan.

Baca Juga: Dukungan Para Pekerja MPS Brondong Lamongan untuk Menangkan Khofifah di Pilgub Jatim 2024

"Secara hukum siapa pun punya hak mencalonkan dan dicalonkan, selama punya kualitas dan rekam jejak yang sesuai dengan syarat yang tertuang dalam undang-undang, seperti tidak sedang tersangkut masalah hukum dan tidak dicabut hak politiknya," tutur Abdullah, Rabu (15/7/2020).

Meski secara regulasi dinasti politik diperbolehkan, namun dirinya menilai hal itu secara etika politik mengusik rasa keadilan. Sebab, dapat melahirkan oligarki (kekuasan yang dimiliki oleh sekelompok kecil).

“Dinasti politik sejatinya akan merusak demokrasi itu sendiri, karena akan melahirkan oligarki politik, dan selama pelaksanaan pilkada langsung pascareformasi, hal ini cukup tumbuh subuh di daerah-daerah. Jadi jangan heran jika kepala daerah di satu wilayah seakan jabatan menjadi warisan nenek moyang,” ujar Abdullah.

Baca Juga: Bawaslu Kota Batu Catat Ada 7 Laporan Dugaan Pelanggaran Kampanye Pilkada 2024

Menurut Abdullah, hanya rakyat yang bisa memutuskan menghentikan dinasti politik. Caranya dengan meningkatkan kesadaran politik di masyarakat, mengingat dengan sistem pemilihan langsung suara rakyatlah yang menjadi penentu.

“Rakyat harus dibangun kesadaran politiknya, karena dengan sistem pemilihan langsung, keputusan siapa yang akan menjadi kepala daerah berada sepenuhnya di tangan rakyat. Saya kira hal itu yang bisa memutus praktik dinasti politik,” pungkas Abdullah. (mdr/zar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO