SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini telah mengambil langkah cepat agar roda perekonomian di Kota Pahlawan tetap positif meski di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya adalah tidak menyetujui perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya awal bulan Juni lalu.
"Itulah yang kenapa kemudian kemarin aku curi start, aku tidak mau ada PSBB lagi. Karena kita akan lakukan New Normal atau tatanan baru," kata Wali Kota Risma usai meninjau PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) di Benowo Surabaya, Selasa (1/9/2020).
Baca Juga: One Voice SMPN 1 Surabaya Raih Juara Dua Kategori Bergengsi di SWCF 2024
Dengan tak diperpanjangnya PSBB tahap III tersebut, Wali Kota Risma berharap para pelaku usaha di Surabaya bisa kembali beroperasi, namun dengan protokol kesehatan ketat. Sebab, dia menilai, jika PSBB itu diteruskan bukan tidak mungkin banyak pelaku usaha di Kota Pahlawan yang gulung tikar.
"Misalkan aku punya perusahaan buat sepatu, begitu ini tak tutup, apakah dia tiba-tiba bisa jalan bagus? Kan tidak, mulai nol lagi kan. Makanya ini sebelum tutup saat itu, kenapa kemudian aku buka supaya dia gerak. Jadi yang sudah mulai turun ditahan minimal dia tidak jatuh lagi, tapi kalau bisa diangkat lagi," jelasnya.
Wali kota yang juga menjabat Presiden UCLG Aspac ini mengungkapkan, berdasarkan hasil penelitian terhadap evaluasi perekonomian yang dia terima, disebutkan bahwa hingga akhir tahun 2020 perkembangan ekonomi di Kota Surabaya masih terbilang positif.
Baca Juga: SWCF 2024 Jadi Ajang Kenalkan Seni dan Budaya Surabaya ke Kancah Internasional
"Itulah kenapa kemarin hasil data penelitian evaluasi Surabaya itu kita di titik masih bisa bertahan di positif nanti Insya Allah di akhir tahun. Kenapa? Kalau aku kemarin terlambat sedikit ya nyungsep (terpuruk) beneran yang punya perusahaan, yang punya usaha," ungkap Risma.
Apalagi, jika pelaku usaha itu sudah menggunakan modal usahanya untuk kebutuhan sehari-hari keluarga. Tentu saja hal itu akan semakin menambah beban ekonomi pelaku usaha tersebut, bahkan berdampak pada gulung tikar. Makanya, kemudian Wali Kota Risma merumuskan kebijakan pada berbagai sektor bidang seiring dengan tak diperpanjangnya PSBB di Surabaya.
"Kalau sudah modal dipakai makan, bagaimana dia (pelaku usaha) bisa bangkit lagi, kecuali kalau dia dapat insentif, tunjangan atau bantuan. Makanya kemarin aku beranikan, kesehatan kita pantau benar-benar tapi yang untuk usaha boleh bergerak," terang dia.
Baca Juga: Pemkot Surabaya Raih UHC Award 2024, Anggarkan Rp500 Miliar per Tahun untuk Warga Berobat Gratis
"Jadi kenapa kemarin saya ngotot itu (tidak memperpanjang PSBB). Tapi memang harus disiplin betul, tidak bisa ceroboh," sambung wali kota yang juga menjabat Presiden Belt Road Local Cooperation (BRLC) itu.
Menghadapi isu resesi yang ramai diperbincangkan, Risma berharap kepada warga Surabaya agar tidak perlu panik. Sebab, di tahun 1998 dan 2008, ekonomi Surabaya mampu bertahan dan positif ketika hal itu terjadi. Apalagi sekitar 92 persen usaha di Surabaya itu tergolong ekonomi menengah ke bawah, sehingga tidak terpengaruh dengan perekonomian global. (ian/zar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News