Mengejutkan, dari 1.000 orang Indonesia, 950 orang Kekurangan Vitamin D

Mengejutkan, dari 1.000 orang Indonesia, 950 orang Kekurangan Vitamin D Dahlan Iskan. foto: ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Data ini benar-benar mengejutkan. Bayangkan. Dari 1.000 orang , 950 orang kekurangan vitamin D. Loh, bukankah sinar matahari di melimpah?

Ternyata sinar matahari saja tidak cukup. Lalu harus ditambah apa? Nah, Dahlan Iskan menulis tentang ini sangat menarik. Tulisan itu dimuat di Harian Disway dan HARIAN BANGSA, Rabu (3/3/2021) pagi ini.

Baca Juga: Persiapan Apoteker Hadapi Tantangan dan Peluang Obat Digital di Era Globalisasi

Tapi pembaca BANGSAONLINE.com tak perlu khawatir. Di bawah ini tulisan wartawan kondang itu kami turunkan secara lengkap. Tulisan Dahlan Iskan memang kaya informasi sekaligus menginspirasi. Selamat membaca:

KENAPA orang banyak yang kekurangan vitamin D? Padahal kita hidup di negara ? Yang lebih sering terkena sengatan sinar matahari?

Baru kemarin malam saya tahu jawabnya. Yakni ketika saya diminta jadi pembicara di pertemuan Zoom diaspora .

Baca Juga: Fakta Buah Pare, Mampu Gugurkan Kandungan Hingga Sebabkan Impotensi?

"Memang sinar matahari itu sumber vitamin D. Tapi perlu protein tertentu yang bisa menjadi perantara. Agar sinar matahari itu benar-benar bisa menjadi vitamin D-3," ujar dr Roy Panusunan yang juga jadi salah satu pembicara.

Moderator forum Zoom ini beberapa orang. Satu di New York, Lia dan James Sundah. Satu di Austria, EA Adoracion. Satu lagi di Belanda, Sisca Hotrop dan Titiek vanHouten, Lainnya di Jakarta. Pembicaranya banyak. Ada yang dari Atlanta (USA), Moskow (Rusia), Washington DC, dan juga Shanghai.

Semua berbicara tentang pengalaman vaksinasi. Yang di Moskow mendapat vaksinasi merek Sputnik–bikinan Rusia. Tidak ada masalah. Tidak merasakan efek samping apa-apa.

Baca Juga: Mampu Membunuh Sel Kanker, ini Sederet Manfaat Teh Daun Sirsak

Yang di Atlanta mendapat vaksin Moderna. Buatan Amerika. Juga tidak merasakan apa-apa. Hanya lengan kirinya sakit. Tidak bisa tidur miring ke kiri. Pun hari berikutnya sakit itu hilang. Padahal ia punya gula darah dan hipertensi –yang terkontrol karena disiplin minum obat.

Daniel Fu, orang Atlanta itu, juga baru menjalani operasi jantung –triple bypass. Yakni setelah ia kembali dari Jakarta. "Waktu di Jakarta saya banyak makan macam-macam," kata Daniel.

Ia merasa tidak punya keluhan apa-apa. Olahraganya juga kuat. Menjelang kembali ke Amerika pundaknya terasa tegang –sampai ke punggung. Ketika tiba di Atlanta ia dipaksa istri untuk periksa ke dokter keluarga. Hasilnya: ia harus operasi bypass.

Baca Juga: Tidak Banyak yang Tahu, Ternyata Kulit Semangka Memiliki Manfaat Untuk Para Pria

Intinya: vaksinasi ini aman. Pun bagi orang seperti Daniel.

Lia Sundah –moderator yang di New York– juga sudah suntik vaksin. Yakni di stadion Queen, New York. Yang melakukan penyuntikan adalah marinir AS.

Lia mendapat vaksin Pfizer. Juga tidak mengalami masalah apa-apa.

Baca Juga: Jangan Dikupas, Ini 6 Manfaat Konsumsi Kentang Bersama Kulitnya

Lia Sundah sudah 20 tahun di New York. Lia menjadi pengacara di sana. Lia memang doktor hukum lulusan Boston –meski lulus S-1 dari jurusan musik, juga di Boston.

Di New York Lia hidup bersama suami: James Sundah –pencipta lagu ''Lilin-Lilin Kecil'' yang terkenal itu. Karena itu di awal dan di akhir forum ini dimeriahkan oleh konser musik. Yang menampilkan lagu ciptaan James itu. Yang dinyanyikan oleh penyanyi dari banyak negara. Pemain musiknya pun dari segala macam penjuru dunia.

Lia sendiri ternyata anak tokoh pers senior saya: Aristides Katoppo –pemimpin redaksi harian Sinar Harapan. "Cita-cita awal saya memang menjadi wartawan. Ternyata jadi lawyer di New York," ujar Lia.

Baca Juga: Ini Efek yang Akan Kamu Rasakan Jika Rutin Konsumsi Teh Hijau di Malam Hari

Menurut dokter Roy, protein yang bisa mengubah sinar matahari menjadi vitamin D-3 adalah yang datang dari susu, yogurt, atau mentega. "Di sinilah yang kita kurang. Mataharinya melimpah tapi minum susu atau yogurt-nya kurang," ujar Roy.

Roy sendiri ahli hormon. Lulus S-1 dan S-2 dari Universitas , Jakarta. Lalu mendalami hormon sampai ke Harvard Medical School, Boston.

Saat di Harvard itulah Roy tahu soal hubungan sinar matahari dengan protein dari susu. Banyak data ia pelajari. Mengejutkan. Terutama data mengenai orang .

Baca Juga: Musim Hujan, Dinkes Kota Batu: Waspadai Empat Jenis Penyakit

"Dari 1.000 orang yang kekurangan vitamin D sebanyak 950 orang," katanya. Berarti hanya 50 orang yang vitamin D-nya cukup. Tentu termasuk istri saya. Yang tidak bisa minum susu. Yang level vitamin D-nya 55. Yang karena itu tidak tertular Covid dari saya.

Saya sendiri, saat terkena Covid, baru ketahuan: vitamin D saya hanya 23,4. Bahkan anak wedok saya, Isna Iskan, payah sekali. Level vitamin D Isna hanya 16. Padahal dia itu gila sepeda. Praktis tiap hari menempuh jarak setidaknya 50 Km –kadang 150 Km.

Ternyata sinar matahari saja tidak cukup. Sinar itu harus diantarkan oleh protein susu agar bisa menjadi vitamin D.

Baca Juga: Dituding Murtad, Dahlan Iskan Jawab dengan Shalat

Dokter Roy –alumnus SMAN 3 Jakarta itu– kini bekerja di RS Pertamina. Ia ingin agar suatu saat ditemukan cut-off vitamin D khusus untuk orang .

"Selama ini belum ada patokan berapa vitamin D minimal yang harus dimiliki orang ," ujar dokter Roy.

"Kan minimal 40," kata saya.

"Itu cut-off untuk orang kulit putih," jawab dokter Roy. "Belum ditemukan berapa cut-off untuk orang ," katanya. "Siapa tahu lebih rendah dari 40 itu," katanya.

Tentu saya juga menunggu-nunggu laporan satu ini: apakah semua orang yang terkena Covid itu level vitamin D-nya rendah. Kalau dibuka ke publik akan sangat membantu.

Tentu RS khusus Covid sudah menghimpun datanya.

Jam 00.00 forum Zoom ini baru ditutup. Saya sudah sangat mengantuk. Tapi yang di New York baru bangun pagi.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Terbukti! Cara ini Basmi Kecoa di Mobil Anda':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO