SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Ini fenomena menarik. Ternyata dimatikannya Vaksin Nusantara justru memantik kepercayaan para tokoh nasional, dokter, dan para anggota DPR RI. Mereka ramai-ramai antre untuk Vaksin Nusantara.
Benarkah mereka lebih percaya pada vaksin buatan anak bangsa ketimbang vaksin impor seperti Sinovac dan AstraZeneca. Bukankah BPOM (Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan) tidak
merekomendasi sehingga Vaksin Nusantara sempat layu sebelum berkembang.
Baca Juga: Kiai Asep Beri Reward Peserta Tryout di Amanatul Ummah, Ada Uang hingga Koran Harian Bangsa
Ya, kenapa para dokter, tokoh nasional, dan para anggota DPR RI justru minta Vaksin Nusantara. Padahal mereka sudah dijadwal vaksin Sinovac dan vaksin kontroversial AstraZaneca?
Silakan baca tulisan Dahlan Iskan, wartawan kondang, yang juga ikut antre Vaksin Nusantara di Disway dan HARIAN BANGSA serta BANGSAONLINE.com hari ini, Rabu, 14 April 2021. Selamat membaca:
MANTAN menteri kesehatan ini menelepon mantan menteri kesehatan. Selasa kemarin. "Kok ini saya baca Pak Sudi Silalahi sudah vaksinasi Vaksin Nusantara. Saya juga dong," ujar Siti Fadilah Supari kepada Terawan Agus Putranto.
Baca Juga: Kedudukan Pers Sangat Tinggi dalam Undang-Undang, Wartawan Harus jaga Marwah Pers
Bu Fadilah adalah menteri kesehatan di zaman Presiden SBY. Terawan menteri kesehatan di zaman Presiden Jokowi. Dua-duanya dokter lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Fadilah lulus spesialis jantung di Universitas Indonesia, Jakarta. Terawan spesialis radiologi dari Universitas Airlangga, Surabaya. Fadilah mendapat gelar doktor dari UI, sedang Terawan dari Universitas Hasanuddin, Makassar.
Pagi-pagi kemarin, rupanya, Fadilah sudah membaca Disway. Seperti biasa. Dengan semangat. Dia terprovokasi oleh kisah Sudi Silalahi. Padahal Fadilah sudah lama menetapkan tekad: hanya mau melakukan vaksinasi kalau menggunakan Vaksin Nusantara.
Baca Juga: Dituding Murtad, Dahlan Iskan Jawab dengan Shalat
Fadilah adalah orang yang bergelut dengan persoalan virus. Dalam teori sekaligus praktik. Wabah flu burung terjadi pada masa dia jadi menteri kesehatan. Nama Indonesia harum kala itu: Indonesia menemukan vaksin flu burung.
"Saya ini punya kelemahan di sistem imun saya. Saya tidak berani pakai vaksin yang dihasilkan melalui RNA. Saya kan ahli di bidang itu. Saya tahu apa risikonya," ujar Fadilah pada Disway kemarin sore.
Apa reaksi Letnan Jenderal dr Terawan?
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
"Saya langsung dijadwalkan Kamis besok," ujar Fadilah. "Saya akan datang dengan anak saya. Kami berdua semangat menjalani Vaksin Nusantara," tambahnyi.
Ternyata Fadilah juga punya hubungan khusus dengan Terawan. "Yang membelikan peralatan DSA itu saya, sebagai menteri kesehatan," ujar Fadilah. Dengan menggunakan jalur kementerian kesehatan pengadaan alat tersebut bisa lebih cepat. Juga lebih tepat, sesuai dengan bidangnya –dari pada lewat kementerian pertahanan (Lihat Disway kemarin).
"Pak Sudi memang minta tolong ke Kemenhan. Tapi akhirnya juga minta tolong ke saya," ujar Fadilah. "Bahkan Pak SBY juga ikut meminta," katanyi.
Baca Juga: Tambah Wawasan soal Dunia Jurnalistik, Siswa SMA AWS Kunjungi Kantor HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE
Tentu Fadilah sendiri pernah menggunakan alat itu. Tapi tidak untuk saluran darah di dalam otak. "Saya perlu membersihkan saluran darah di paru-paru saya," kata Fadilah.
Waktu itu ada sumbatan-sumbatan di saluran darah di paru-parunyi. "Ketika dilakukan DSA, rasanya mak byaaaar," ujar Fadilah. Dia memang orang Solo. Bahasa Jawanya khas Solo. Sampai SMA dia masih di Solo.
Sebenarnya Fadilah sudah bergelar profesor. Persyaratan sudah lengkap. Tapi keburu menjadi menteri kesehatan. Tidak punya waktu lagi untuk mengurus gelar guru besar itu.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Gelar doktornyi pun diperoleh dengan cara istimewa. Dia harus melakukan riset di North Carolina, Amerika Serikat. Sampai-sampai dia harus membawa simpanse dari Indonesia. Tidak tanggung-tanggung: 60 ekor.
Di sana simpanse itu disuntik berbagai obat. Untuk melihat respons jantung mereka. Dari situlah Fadilah menyusun disertasi untuk gelar doktor. Disertasi itu diuji di UI. Pengujinyi, termasuk profesor penguji dari Amerika Serikat. Yakni dari Wake Forest University, di Winston Salem, NC. Mereka yang datang ke UI.
Meski hubungannyi dengan Amerika begitu kental, tapi Fadilah tetap bersikap independen. Yakni ketika dia harus menghadapi permintaan khusus dari sana. Dia menolak permintaan itu. Dengan alasan ketahanan nasional Indonesia: dia tidak mau mengirim sampel-sampel darah orang Indonesia ke sana.
Baca Juga: Dimeriahkan Puluhan Doorprize, Jalan Sehat HUT ke-10 BO dan Bazaar UMKM Diserbu Ribuan Warga
Maka waktu ada pandemi flu burung nama Fadilah sangat terkenal di seluruh dunia. Semua itu diceritakan dalam bukunyi yang sudah terbit.
Kini usia Fadilah 71 tahun. Dia aktivis di Muhammadiyah dan pandai menyanyi. Bahkan dia masih menyanyi untuk sang suami sehari sebelum meninggal dunia.
Sebagai ahli virus, Fadilah tahu apa saja di balik proses penemuan vaksin Covid-19 sekarang ini. Dan dia pilih Vaksin Nusantara.
Baca Juga: Ribuan Peserta Hadiri Jalan Sehat HUT ke-10 BANGSAONLINE
Saya sendiri, di Surabaya, ikut jadi sasaran pendaftaran Vaksin Nusantara. Padahal saya bukan siapa-siapa. Ratusan orang mendaftar lewat saya. Mereka mau menjadi relawan uji coba fase II. Mereka menunggu dan menunggu: kapan. Selama menunggu itu beberapa orang mendapat giliran vaksinasi Sinovac dan Astra Zeneca. Termasuk istri saya.
Yang sampai sekarang belum vaksinasi bertekad akan berangkat ke Jakarta. Satu bus. Agar mendapatkan Vaksin Nusantara. Hari Rabu minggu depan.
Wakil ketua DPR Sufmi Dasco Achmad juga menjalani Vaksin Nusantara: hari ini. Bersama istrinya. Demikian juga pimpinan Komisi IX DPR, Melkiades Laka Lena. Juga bersama istrinya, yang juga seorang apoteker: Mindriyati Astiningsih.
Tapi yang mencuri start duluan ternyata tokoh ini: Aburizal Bakrie. Pak Ical –konglomerat yang juga politikus– adalah orang pertama yang mendapat vaksinasi Vaksin Nusantara: sehari sebelum Sudi Silalahi –orang Batak dari Tanah Jawa itu. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News