Tekan Prevalensi Remaja Merokok, Pemkot Kediri Ikut Dialog Publik

Tekan Prevalensi Remaja Merokok, Pemkot Kediri Ikut Dialog Publik Sekda Kota Kediri Bagus Alit (tengah), Kepala Bappelitbang Kota Kediri Edi Darmasto, dan Kabag Administrasi Perekonomian Zachrie Ahmad saat mengikuti dialog publik, Jumat (30/4). (foto: ist.)

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Peningkatan konsumsi adalah ancaman serius bagi Indonesia, apalagi pada tingkat anak dan remaja. Menurut data yang disampaikan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevelensi me usia 10-18 tahun meningkat 9,1 % di tahun 2018. Ini berarti 1 dari 10 anak di Indonesia me.

Tingginya prevalensi ini juga menyebabkan peningkatan penyebaran penyakit tidak menular seperti hipertensi, jatung, diabetes militus, dan penyakit lainnya. Mengingat hal ini, Kamis (29/4), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menggelar Dialog publik Pemanfaatan Pajak Rokok Daerah (PRD) dan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau ().

Baca Juga: Pj Wali Kota Zanariah Harap PGRI Kota Kediri Semakin Solid Majukan Mutu Pendidikan

Untuk mendukung penekan prevalensi me di Indonesia, ikut bergabung dalam dialog publik di ruang Command Center, Balai Kota Kediri, Jumat (30/4). Diwakili oleh Sekretris Daerah Kota Kediri Bagus Alit, Kepala badan Perencanaan, Penelitian dan Pembangunan Kota Kediri Edi Darmasto, dan Kepala Bagian Administrasi Perekonomian Zachrie Ahmad.

Selain sebagai salah satu rangkaian peringatan hari tanpa tembakau nasional yang jatuh pada bulan Mei mendatang, dialog publik ini juga bertujuan mengajak seluruh pihak terkait untuk lebih memahami tentang dinamika pemanfaatan pajak daerah dan dana bagi hasil cukai hasil tembakau.

Dialog ini juga sebagai sarana berbagi pengalaman bagi Pemerintah Daerah, sehingga bisa menjadi masukan bagi para pengambil kebijakan terkait untuk menyempurnakan regulasi. Dialog publik ini dibuka oleh Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono.

Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Beri Arahan ke Peserta Uji Kompetensi

Saat membuka dialog publik ini Dante berpesan agar dapat mengalokasikan dan mengoptimalisasikan dana untuk menurunkan prevelensi me 10-18 tahun.

Menurut Dante, selain optimalisasi dan alokasi dana, program yang disusun juga harus efektif seperti pembukaan lapangan kerja baru bagi petani tembakau atau peningktan pada kualitas dan kuantitas kampaye yang inovatif dan menyentuh bagi remaja.

"Kegiatan tersebut harus secara masiv terekskalasi di 34 provinsi dari 514 kab kota. pemanfaatkan dana pelayanan kesehatan penting, namun lebih penting lagi dana tersebut dialokasikan untuk terapi konseling berhenti me, tidak perlu ada pelacakan pendanaan khusus peserta jks atau swasta untuk intervensi diri,” jelas Dante

Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Tekankan Pentingnya Menjaga Lingkungan Sejak Dini saat World Clean Up Day 2024

Dalam acara ini ada beberapa panelis, yaitu Direktur SUPD III Dirjen Bangda Kemendagri Budiono Subambang, Direktur Dana Transfer Umum DHPK Kemenkeu Adriyanto, Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat Ahmad Avenzora, Asisten Deputi Bidang Pembiayaan Manfaat Kesehatan Primer BPJS Kesehatan Rahmad Asri Ritonga, Kepala Pusat 3 Badan Litbangkes Doddy Izwardy, Direktur SDM Universitas Indonesia Abdillah Ahsan, Kadinkes Kota Depok Novarita, dan Sekda Kabupaten Klungkung I Gede Putu Winastra. (uji/ns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO