SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Bed Occupancy Rate (BOR) atau keterisian kamar di Rumah Sakit (RS) Kota Surabaya menurun 7 persen. Dari sebelumnya tercatat sekitar 90 persen menjadi 83 persen.
Hal ini disampaikan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. Menurutnya, penurunan BOR di rumah sakit ini disebabkan beberapa faktor. Salah satunya adalah penambahan rumah sakit baru, seperti Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT), Kedung Cowek. Di samping juga banyaknya pasien Covid-19 yang memang mulai sembuh.
Baca Juga: Khofifah dan Eri Cahyadi Kompak Hadiri Ta’dzim Maulid Nabi Muhammad SAW di GBT
Lebih lanjut Eri mengatakan, tingginya BOR rumah sakit di Surabaya karena rujukan pasien dari luar kabupaten/kota juga tinggi. Sebab, Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jatim. "Semua ketika (kasus) berat dirujuk ke Surabaya," ujar Eri, Senin (26/7/2021)
Karena itu, ia berpendapat jika melihat jumlah kasus Covid-19 tidak bisa hanya dari sisi BOR rumah sakit saja. Misalnya, pasien yang dirawat di RSU dr Soetomo tidak semuanya merupakan warga Surabaya.
"(Kasus Covid-19) Surabaya kalau melihat dari BOR-nya agak susah. Karena yang dirawat itu orang Surabaya atau bukan. Ini mengapa kita harus lihat secara gamblang, jadi jangan dilihat dari BOR-nya, tapi yang sembuh berapa," katanya.
Baca Juga: Mas Iin dan Eri Cahyadi Siap Sinergi Bangun Sidoarjo dan Surabaya
Selain BOR rumah sakit, angka pemakaman secara protokol kesehatan (prokes) Covid-19 di Kota Surabaya juga mengalami penurunan selama Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4.
Data Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau (DKRT) mencatat, pada tanggal 23 Juli, terdapat 105 jenazah yang dimakamkan secara prokes. Kemudian, pada 24 Juli, turun menjadi 97 jenazah. Sedangkan pada tanggal 25 Juli ada 98 jenazah. (dra/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News