Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Jawa Timur Lampaui Nasional

Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif Jawa Timur Lampaui Nasional Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat rapat koordinasi di Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Berdasarkan data yang dirilis Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, nilai Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif (IPEI) tahun lalu mencapai 5,92 atau di atas rata-rata nasional yang mencapai 5,52. Pada pilar 1 Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian tahun 2020 berada di angka 4,90 sementara nasional 4,64. 

Begitu juga di pilar 2, di mana pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan mencapai 6,52 atau jauh di atas nasional yang hanya 4,62. Sementara itu, di pilar 3 dalam hal perluasan akses dan kesempatan berhasil meraih angka 7,83, sedangkan nasional 6,56.

Baca Juga: TNI-Polri Apresiasi Kesiapan Posko Nataru di Pelabuhan Tanjung Perak, Ini Kata Pj Gubernur Jatim

“Capaian ini merupakan prestasi membanggakan mengingat banyaknya indikator yang dijadikan pengukuran dalam indeks ini,” kata Gubernur , Khofifah Indar Parawansa, di Gedung Negara Grahadi, Kota Surabaya, usai rakor terkait issue dan langkah strategis sektor-sektor fundamental untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif di , Selasa (2/11).

Ia menuturkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) terus berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang menciptakan akses dan kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan, meningkatkan kesejahteraan, dan mengurangi kesenjangan antar kelompok dan wilayah, termasuk peningkatan akses ke sarana kesehatan dan pendidikan di tengah pandemi Covid-19,. 

Khofifah memaparkan bahwa IPEI merupakan instrumen yang telah dikembangkan Kementerian PPN/Bappenas RI untuk mengukur, memantau dan mengendalikan kualitas pembangunan ekonomi dari tahun ke tahun. IPEI terdiri dari tiga pilar utama, yaitu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan, dan perluasan akses dan kesempatan. 

Baca Juga: Dampingi Kapolri dan Panglima TNI, Pj Adhy Tinjau Persiapan Natal 2024 di Gereja Bethany Surabaya

Pilar utama tersebut, lanjut Khofifah, dibagi lagi atas delapan pilar dengan 21 indikator yang digunakan untuk mengukur IPEI, di antaranya pertumbuhan PDRB riil per kapita, share sektor manufaktur terhadap PDB, rasio kredit perbankan terhadap PDRB nominal, persentase penduduk miskin, harapan lama sekolah hingga rasio jumlah rekening kredit perbankan UMKM terhadap rekening kredit keseluruhan.

“Dalam setiap rencana pembangunan, kami selalu mengupayakan bagaimana program yang digulirkan dapat mendorong pertumbuhan, mengurangi kemiskinan, buta huruf, beban utang, mencegah penyebaran penyakit, kesetaraan gender, dan menjaga kerusakan lingkungan. Saat ini kami tengah fokus pada upaya mereduksi jumlah kemiskinan ekstrem yang ada di ,” paparnya.

Ia menuturkan, terdapat lima kabupaten di yang saat ini menjadi daerah pilot project percepatan penanggulangan kemiskinan ekstrem. Sejumlah kabupaten itu yakni Bangkalan, Sumenep, Probolinggo, Bojonegoro, dan Lamongan. 

Baca Juga: Peringatan HKSN 2024 di Kota Madiun, Pj Gubernur Jatim Tekankan Rasa Kepedulian Sosial

Sementara itu, Intervensi yang dilakukan berbasis tiga strategi program percepatan penanggulangan kemiskinan ekstrem yakni menurunkan beban pengeluaran, peningkatan pendapatan, meminimalkan wilayah kantong kemiskinan yang diharapkan capaiannya dapat sesuai target. Khofifah menyebut jika pihaknya telah menyiapkan sejumlah jurus guna mencapai target yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo, bahwa Kemiskinan Ekstrem harus bisa dihilangkan pada akhir 2024.

Fokus program pertama yaitu menurunkan beban pengeluaran, di mana telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp100 miliar untuk Program Keluarga Harapan (PKH) Plus kepada 50.000 Lansia, Rp14,4 miliar untuk 4.000 orang pada Program Asistensi Bantuan Sosial Penyandang Disabilitas (ASPD), Pembiayaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin sebesar Rp1,35 miliar dan Biaya Penunjang Operasional Penyelenggaraan Pendidikan sebesar Rp882 miliar.

Untuk fokus Peningkatan Pendapatan, juga mengalokasikan anggaran sebesar Rp5,85 miliar untuk Program Pemberdayaan Usaha Perempuan ( Puspa), Rp1,35 miliar untuk Pemberdayaan Usaha Ekonomi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan Anti Poverty Program sebesar Rp3,9 miliar. Terakhir, untuk peminimalan Wilayah Kantong Kemiskinan yang telah dialokasikan pula Rp2,45 miliar untuk 1.400 Rumah Tangga (RT) melalui program Elektrifikasi bagi masyarakat miskin dan rentan miskin,

Baca Juga: Tinjau Posko OMC, Pj Gubernur Adhy: Upaya Kurangi Dampak Cuaca Ekstrem di Daerah Rawan Banjir

Tak hanya itu, Program Renovasi Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu) sebesar Rp30 miliar untuk 2.000 unit rumah. Sedangkan untuk intervensi tahun 2022 akan dihitung kembali mengingat akan ada perluasan ke 25 kabupaten/kota lainnya.

“InsyaAllah, saya optimistis jika seluruh program dan intervensi tersebut berjalan masif dan lancar maka angka kemiskinan ekstrem di dapat turun signifikan. Tentunya hal ini juga mendorong semakin meningkatnya indeks pembangunan ekonomi inklusif di ,” kata Khofifah. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Warga Kota Pasuruan Berebut Minyak Goreng Curah Saat Gubernur Jatim Pantau Operasi Pasar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO