Tantangan Guru Era Digital, Refleksi Hari Guru Nasional

Tantangan Guru Era Digital, Refleksi Hari Guru Nasional M Aminuddin. Foto: Ist.

Oleh: M. Aminuddin --- Peneliti Senior Institute for Strategic and Development Studies (ISDS)/ Pengurus Pusat ALUMNI UNAIR

Dalam struktur sosial Indonesia modern, Guru menempati posisi penting di masyarakat, sehingga berkembang jargon, Guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Begitu pentingnya guru sejak tahun 1994, setiap 25 November Indonesia memperingati hari Guru.

Baca Juga: PGRI Kabupaten Malang Gelar Workshop Transformasi Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

Modernisasi masyarakat memang mensyaratkan transformasi ilmu pengetahuan dimana Guru adalah sumber penting yang menyebarkan pengetahuan dan keahlian kepada murid di sekolah atau lembaga pendidikan.

Karena itu Guru dituntut memiliki bekal pengetahuan lebih baik dari para muridnya. Karena Ilmu pengetahuan terus berkembang para guru juga di tuntut untuk memutakhirkan ilmu yang dimilikinya.

Jika gagal mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan akan membuat produk lulusan pendidikan Indonesia tertinggal dari Negara lain. Bahkan dalam situasi tertentu bisa membuat pendidikan Indonesia bisa mengalami kemunduran seperti masa pandemi kemarin jika program belajar-mengajar ditiadakan tapi belajar jarak jauh banyak yang tidak berjalan. Indikasi kearah itu terlihat dari hasil survei yang dilakukan Kemendikbud, sebanyak 60 persen guru masih kesulitan melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebagian karena gagap teknologi ().

Baca Juga: Bupati Jember Sampaikan Pesan Mendikbudristek saat Peringati HUT ke-77 PGRI dan Hari Guru Nasional

Oleh karena peningkatan kemampuan Guru menguasasi teknologi informasi semakin penting apalagi di tengah isu Revolusi industri 4.0 menuntut guru mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang cepat untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul (Tempo.co, 10 Desember 2018). Pola peningkatan kompetensi guru yang bersifat dua arah juga perlu dilakukan agar setiap permasalahan dan kendala yang dihadapi guru di daerah dapat diakomodir untuk kemudian dikaji bersama. Terkait hal ini, peran Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) perlu dioptimalkan. Upaya pemberdayaan KKG dan MGMP harus terus dilakukan sehingga tercipta suatu kolaborasi yang berorientasi pada pengembangan diri guru untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Menurut Danik Nuryani1, Ita Handayani dari Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang; Tantangan seorang pendidik tidak berhenti pada kemampuan menerapkan teknologi informasi pada proses belajar mengajar akan tetapi ada 6 kompetensi yang diharapkan dimiliki guru era 4.0 yaitu : (1) Membangun pemikiran kritis (Critical Thinking) dan Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah (Problem solving). Menciptakan konektifitas informasi satu dengan informasi lain, sehingga akhirnya muncul berbagai perspektif, dan menemukan solusi dari suatu permasalahan. Kompetensi ini dimaknai kemampuan menalar, memahami dan membuat pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem, menyusun, mengungkapkan, menganalisis, dan menyelesaikan masalah. ini sangat penting dimiliki peserta didik dalam pembelajaran abad ke 21. Guru era 4.0 harus mampu meramu pembelajaran sehingga dapat mengekspor kompetensi ini kepada peserta didik.

(2) Communication and collaborative skill (keterampilan komunikasi dan kolaborasi). kemampuan berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang harus diterapkan guru dalam pembelajaran guna mengkonstruksi kompetensi komunikasi dan kolaborasi.

Baca Juga: Apel Akbar, Wali Kota Probolinggo Apresiasi Kegigihan Para Guru

(3) Creativity and innovative skill (keterampilan berpikir kreatif dan inovasi). Revolusi mengkehendaki peserta didik untuk selalu berpikir kreatif dan inovatif, ini perlu agar mampu bersaing dan menciptakan lapangan kerja berbasisi revolusi industry 4.0. Tentu seorang guru harus terlebih dahulu dapat kreatif dan inovasi agar bisa menularkan kepada peserta didiknya.

(4) Information and communication technology literacy (Literasi teknologi informasi dan kominikasi). Literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi kewajiban guru 4.0, ini harus dilakukan agar tidak ketinggalan dengan peserta didik. Literasi Teknologi infomasi dan komunikasi merupakan dasar yang harus dikuasai agar mampu untuk berfikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan inovatif, ketrampilan berkomunikasi dan kolaborasi.

Selain itu keterampilan mencari, mengelola dan menyampaikan informasi serta terampil menggunakan teknologi dan informasi. Kemampuan yang harus dimiliki di abad 21 ini meliputi: Leadership, Digital Literacy, Communication, Emotional Intelligence, Entrepreneurship, Global Citizenship, Problem Solving, Team-working. Dengan kemampuan Guru menguasai kemampuan di atas dan mentransfernya ke anak didik diharapkan bisa menghasilkan peserta didik yang siap bersaing dalam menghadapi revolusi industry 4.0.

Baca Juga: Pagelaran Wayang Meriahkan Gebyar Malam Puncak Hari Guru Nasional Kota Pasuruan

(5) Contextual learning skill. Pembelajaran ini yang sangat sesuai diterapkan guru 4.0 ketika sudah menguasai TIK, maka pembelajaran kontekstual lebih mudah diterapkan. Saat ini TIK salah satu konsep kontekstual yang harus diketahui oleh guru, materi pembelajaran berbasis TIK sehingga guru sangat tidak siap jika tidak memiliki literasi TIK. Materi yang bersifat abstrak mampu disajikan lebih riil dan kontekstual menggunakan TIK.

(6) Information and media literacy (literasi informasi dan media). Banyak media informasi bersifat sosial yang digeluti peserta didik. Media sosial seolah menjadi media komunikasi yang ampuh digunakan peserta didik dan salah satu media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan guru 4.0. Kehadiran kelas digital bersifat media sosial dapat dimanfaatkan guru, agar pembelajaran berlangsung tanpa terkungkung hanya oleh bangunan gedung sekolah.

Pemberdayaan KKG dan MGMP dapat dimulai dari pemetaan jumlah dan sebaran KKG dan MGMP di setiap daerah, memfasilitasi pembentukan KKG dan MGMP di daerah yang belum ada, membenahi organisasi dan manajemen KKG dan MGMP, serta menyelenggarakan kegiatan diklat guru model bermutu yang menerapkan recognition of prior learning yang dibiayai oleh dana bantuan langsung. Pemerintah dapat memberikan dukungan melalui penyelenggaraan trainee of trainer di daerah, penyediaan pelatih diklat bersertifikat, dan penyelenggaraan supervisi pemberdayaan KKG dan MGMP di daerah sesuai rancangan program diklat bermutu.

Baca Juga: Semarak Upacara HGN dan HUT PGRI di SMAN 2 Kota Batu

Tetapi yang harus diingat di era revolusi industri 4.0 guru sebaiknya jangan hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa di kelas, namun tetap memperhatikan pendidikan karakter, moral, dan memberikan keteladanan kepada siswa. dalam praktik pembelajaran, mencari solusi, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi proses maupun hasil pembelajaran. Upaya peningkatan kompetensi guru akan lebih mudah dengan dukungan e-literasi.

Guru dapat memanfaatkan e-literasi untuk mencari berbagai informasi yang dibutuhkan. Informasi yang diperoleh dari internet kemudian diolah, dianalisis sehingga tercipta informasi baru. Dengan cara di atas diharapkan pemanfaatan e-literasi akan menambah pengetahuan dan wawasan guru menyongsong era Revolusi Industri 4.0.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO