BANDAR LAMPUNG, BANGSAONLINE.com – Para kiai NU punya cara dan kebiasaan sendiri, seusai menghadiri perhelatan akbar seperti Muktamar ke-34 NU di Lampung. Ada yang santai, ngobrol, untuk menghilangkan penat sambil jagongan dan roko’an. Namun ada pula yang langsung mengintensifkan ibadah karena selama mengikuti Muktamar, waktunya tersita mengikuti sidang, konsolidasi, dan tugas-tugas organisasi yang lain.
Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA juga punya cara dan kebiasaan sendiri. Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu justru langsung pulang.
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
“Ada Hadits mengatakan, kalau acara sudah selesai, harus segera pulang. Karena di rumah ada keteduhan,” kata kiai miliarder tapi dermawan itu.
Gak istirahat dulu, Kiai? “Kita istirahat di mobil (sambil jalan, red),” katanya.
Ternyata bukan hanya itu alasannya. Yang paling mendorong Kiai Asep harus segera pulang, karena ia istiqamah mengajar ngaji para santrinya usai salat Subuh.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
“Saya berada di mana pun, kalau masih bisa pulang, saya pulang untuk mengajar ngaji,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa ada kepuasan jiwa jika mengajar ngaji ribuan para santrinya.
Kiai Asep memang dikenal sebagai pengajar dan pendidik sejati. “Tak ada satu pun santri yang tak tersentuh pengajian saya,” kata Kiai Asep.
Rombongan Kiai Asep pun langsung mengemas barang-barang bawaannya. Saat itu sekitar pukul 10.45, Jumat (24/12/2021). Kiai Asep dan rombongannya pulang lewat jalur darat. Naik kapal seperti umumnya para muktamirin.
Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim
Dari kapal, Kiai Asep dan rombongan langsung melaju menuju Pacet Mojokerto Jawa Timur. Tentu melewati Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah lebih dulu, sebelum ke Jawa Timur.
Kiai Asep dan rombongan beberapa kali berhenti di rest area. Selain untuk salat juga makan ala kadarnya.
Baca Juga: Kampanye Akbar, Tak Banyak Pidato, Khofifah dan Gus Barra Sibuk Bagi Souvenir & Borong Kue Pengasong
(Para santri PP Amanatul Ummah Pacet Mojokerto saat mengikuti pengajian Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, di Masjid Raya KH Abdul Chalim, Pacet Mojokerto, Sabtu (24/12/2021). Foto: MMA/ BANGSAONLINE.COM)
Sekitar pukul tiga malam, Kiai Asep dan rombonga kembali berhenti di rest area. Kiai Asep dan rombongan, selain salat jamak qashar maghrib dan isya’, juga salat malam. Setelah itu, Kiai Asep dan rombonga melanjutkan perjalanan lagi.
Di tengah perjalanan, saat memasuki Jawa Timur, Kiai Asep menelepon para pengurus pesantren Amanatul Ummah di Pacet Mojokerto. Ia minta ribuan santri yang sudah berada di dalam masjid menunggu kehadirannya.
Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto
“Nanti saya yang mengimami,” kata Kiai Asep lewat telepon.
Para santri itu berada di dalam Masjid Raya KH Abdul Chalim Pesantren Amanatul Ummah sudah bangun sejak pukul 3 malam. Mereka salat hajat dan witir, disamping membaca al-Quran.
Kiai Asep tiba di masjid KH Abdul Chalim sekitar pukul 4 pagi (Sabtu/25/12/2021). Masjid besar dan luas itu penuh santri berpakaian serba putih. Bahkan para santri itu meluber ke luar masjid.
Baca Juga: Kedatangan Kiai Asep dan Tim Mubarok di Pasar Bangsal Disambut Antusias Pedagang dan Warga
Sambil mengejar waktu, Kiai Asep mengajak wartawan HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, M Mas’ud Adnan, berwudlu di dekat pengimaman.
“Kita wudlu di dekat pengimaman,” ajak Kiai Asep kepada Mas’ud Adnan yang ikut serta ke Muktamar ke-34 NU di Lampung.
Di sebelah kiri pengimaman memang ada tempat wudlu – atau kamar mandi – cukup besar. Bahkan juga ada kamar istirahat lengkap dengan kasur yang disiapkan untuk para imam, khatib, dan tamu khusus.
Baca Juga: Di Depan Pergunu Jatim, Kiai Asep Sebut Khofifah Cagub Paling Loman alias Dermawan
Usai wudlu, Kiai Asep salat raka’atul fajri persis di depan kamar mandi itu. Sehingga begitu keluar ke pengimaman, Kiai Asep bisa langsung mengimami salat Subuh, di depan para santrinya yang sudah lama menunggu di dalam masjid.
(Para santri Amanatul Ummah Pacet Mojokerto saat mengikuti pengajian Kitab Mukhtarul Ahadits) yang dibaca Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Foto: MMA/ BANGSAONLINE.com)
Baca Juga: Kiai Asep Tebar Keberkahan, Borong Dagangan di Pasar Dinoyo sampai Warga Mantap Pilih Mubarok
Usai mengimami salat subuh dan dzikir, Kiai Asep langsung membuka kitab Muchtarul Ahadits (Hadits-Hadits pilihan) yang sudah disiapkan para santrinya. Beberapa santri berebut meletakkan sajadahnya menjadi alas kaki sang kiai.
Ribuan santri yang berada di dalam masjid itu pun menyimak dengan serius.
Para santri putra berada di lantai bawah. Sedang para santri putri berada di lantai atas masjid. Namun di luar masjid juga banyak santri yang menghampar karpet dan sajadah karena di dalam masjid sudah full.
Kiai Asep membaca Hadits secara runtut. Artinya, per halaman. Saat itu kebetulan Hadits yang dibaca menyangkut perzinahan. Kiai Asep langsung mengingatkan para santrinya agar jangan sampai terjerumus perzinahan. “Semua para santri harus mendengarkan Hadits ini. ” kata Kiai Asep.
Dalam Hadist itu disebutkan bahwa siapa pun yang menzinahi orang, maka kelak keturunannya atau keluarganya akan dizinahi orang, meski berada di dalam tembok (bertempat tinggal di rumah tembok).
"Wanau’dzubillah,” kata Kiai Asep.
Karena itu, Kiai Asep mengaku memberi syarat berat bagi alumni Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang melanjutkan studi ke Eropa dan Amerika.
“Salatnya harus 50 rakaat agar terhindar dari maksiat,” katanya. Yaitu terdiri dari salat rawatib (5 waktu), salat sunah qabliah (sebelum salat 5 waktu), salat sunnah ba’diah (salat sunnah seusai salat 5 rawatib), salat malam dan seterusnya.
Selain itu harus masak sendiri agar tak tercampur daging babi atau makanan haram lainnya.
“Saya waktu di Lampung mendapat pengaduan dari alumni kita yang kuliah di Rusia. Katanya teman-teman kuliahnya (bukan alumni Amanatul Ummah) banyak yang pergi ke night club. Saya diminta untuk memberikan nasehat,” kata Kiai Asep.
Kiai Asep mengakhiri pengajiannya setelah membaca beberapa Hadits.
Saat Kiai Asep mau meninggalkan masjid, ada pemandangan menarik. Para santri, selain berdiri, juga meletakkan sajadah di sepanjang jalan yang akan dilewati Kiai Asep.
Untuk apa? Agar sajadah itu diinjak atau dilewati oleh Kiai Asep. Tabarrukan. Berharap barakah. Dalam tradisi pesantren, barakah berarti terus bertambahnya kebaikan.
Usai memberi pengajian ribuan santrinya, Kiai Asep tidak langsung istirahat. Tapi meluncur ke Institut KH Abdul Chalim yang jaraknya sekitar 2 Km, Di masjid kampus KH Abdul Chalim yang diresmikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa itu, sejumlah mahasiswa telah menunggu.
Di depan para mahasiswa-mahasiswi ini Kiai Asep juga membaca kitab Muchtarul Ahadits.
Di sela-sela membaca Hadist, Kiai Asep juga menyampaikan informasi tentang realitas sosial. Termasuk Muktamar ke-34 NU di Lampung.
“Orang memilih uang haram yang jumlahnya lebih banyak, daripada uang sedikit tapi halal,” katanya.
Setelah membaca beberapa Hadits, Kiai Asep beranjak pergi.
Lagi-lagi, Kiai Asep tidak istirahat seusai memberikan pengajian. Kiai Asep bahkan langsung meluncur ke Surabaya. Pagi itu juga. Saat itu jam menunjukkan pukul 7 pagi.
“Kita sarapan dulu,” katanya sembari masuk ke lokasi Madrasah Unggulan Hikmatul Amanah yang muridnya mencapai ribuan tapi digratiskan.
“Semua SPP, makan siang dan antar jemput, gratis,” kata Kiai Asep. Gedung Madrasah Unggulan Hikmatul Amanah ini bersebelahan dengan kampus Institut KH Abdul Chalim.
Di kantin Madrasah Unggulan Hikmatul Amanah itulah kami sarapan. Menunya sangat sederhana. Tahu tempe dan ayam goreng. Plus kuah atau sayur sop.
Usai sarapan pagi, Kiai Asep yang dikenal kaya raya tapi dermawan itu langsung meluncur ke Surabaya. Yaitu ke Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang terletak di Jalan Siwalankerto Utara Surabaya.
"Di sana saya juga akan memberikan pengajian," katanya. Di pesantren ini Kiai Asep punya 2.000 santri. Sedang di Amanatul Ummah Paccet Mojokerto mencapai 10.000 santri. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News