Warga Bawean Desak Bupati Gresik Larang Adu Sapi-Thok-Thok, ini Pernyataan Sikap Mereka | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Warga Bawean Desak Bupati Gresik Larang Adu Sapi-Thok-Thok, ini Pernyataan Sikap Mereka

Editor: MMA
Kamis, 16 Mei 2024 16:16 WIB

Inilah spanduk yang dipasang warga Bawean di Gresik. Spanduk ini bertebaran, di antaranya dekat kantor Pemkab Gresik, kantor DPRD Gresik, dan kantor Bank BNI Gresik, Kamis (16/5/2024). Foto: BANGSAONLINE

GRESIK, BANGSAONLINE.com – Tiba-tiba spanduk atas nama warga Bawean bertebaran di , Jawa Timur. Isi spanduk itu menolak klaim yang menyebutkan bahwa aduan sapi yang populer dengan thok-thok itu adalah tradisi Bawean.

Spanduk itu, di antaranya, membentang di dekat kantor Pemkab , kantor DPRD , dan kantor BNI .

"Itu klaim Dewan Kebudayaan , thok-thok itu bukan budaya Bawean," kata Muhammad, seorang aktivis asal Bawean kepada BANGSAONLINE, Kamis (16/5/2024).

Menurut dia, warga Bawean Jawa Timur menolak keras adu sapi atau thok-thok diklaim sebagai tradisi Bawean.

"Thok-thok bukan budaya atau tradisi Bawean, tapi tradisi Tapal Kuda yang dibawa warga pendatang ke Bawean," katanya lagi.

Kini warga Bawean menyampaikan pernyataan sikap secara terbuka terkait thok-thok itu. Intinya mereka menolak thok-thok ditradisikan. Apalagi dijadikan ikon masyarakat Bawean.

Menurut Muhammad, sikap penolakan terbuka itu disampaikan para tokoh adat Bawean. Di antaranya KH Ali Masyhar, Imam Besar Masjid Jami' Sangkapura; KH Fauzi Rauf, Ketua PCNU Bawean; dan Nur Syarifuddin, Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Bawean.

Menyikapi unggahan Dewan Kebudayaan di laman FB dan IG tentang tok tok sapi yang dikategorikan sebagai tradisi budaya Bawean dan obyek pemajuan kebudayaan asal Bawean, kami MAB menyatakan bahwa unggahan tersebut tidak benar dan merupakan penghinaan yang menyakiti perasaan masyarakat Bawean.

Masyarakat Bawean selama ini tidak pernah tahu dan merasakan kiprah positif keberadaan Dewan Kebudayaan bagi budaya etnis Bawean. Unggahan tentang tok tok sapi terasa ibarat gempa budaya Bawean berskala 7,5 SR dengan tsunami setinggi 35 M.

Menyikapi hal tersebut Masyarakat Adat Bawean menyatakan:

1. Tok tok sapi bukan tradisi budaya Bawean. Aduan sapi ini baru masuk ke Bawean pada tahun 1990-an dibawa pendatang dari tapal kuda yg menjadi pekerja di Bawean.

2. Meminta dinas pemangku kebudayaan pariwisata untuk tidak memasukkan tok tok sapi sebagai obyek pemajuan kebudayaan asal Bawean sebagaimana keberatan kami yang telah menjadi kesepakatan dalam FGD pembahasan usulan review Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah di kantor kecamatan Sangkapura tahun 2022.

3. Meminta Pemkab melalui Bupati dan DPRD untuk membuat Perda larangan tok tok sapi.

4. Meminta pihak utk melakukan dialog dengan elemen masyarakat adat Bawean di Bawean terkait unggahan di sosial media tentang tok tok sapi.

Demikian surat pernyataan kami susun berdasar kesadaran budaya Bawean.

TTD

Masyarakat Adat Bawean

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video