Akad Nikah Putri Kiai Asep Dihadiri Syaikh Mesir, Dubes Sudan, Khofifah, Wakil Ketua MPR, dan Kiai | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Akad Nikah Putri Kiai Asep Dihadiri Syaikh Mesir, Dubes Sudan, Khofifah, Wakil Ketua MPR, dan Kiai

Editor: MMA
Sabtu, 07 September 2024 09:09 WIB

Siti Juwairiyah (Ning Ria), Nyai Hj Alif Fadhilah dan Khofifah Indar Parawansa saat memberikan sambutan dalam acara akan nikah Ning Ria dengan Muhammad Sultan Alikhan di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Surabaya, Jumat (5/9/2024). Foto: MMA/bangsaonline

Khofifah saat menyampaikan sambutan mengucapkan terimakasih kepada Kiai Asep yang terus mendoakan di berbagai kesempatan. Arek Wonocolo Suroboyo itu juga mengucapkan selamat terhadap dan Gus Sultan.

Ia mengingatkan bahwa pernikahan adalah perjanjian agung dan kuat. “Pernikahan itu mitsaqan ghalidza,” kata Khofifah mengutip al Quran Surat An Nisa’ ayat 21. Artinya, perjanjian yang kuat dan agung.

Menurut dia, acara pernikahan ini sekaligus untuk tajdidun nikah (pembaruan nikah-Red) bagi para manten senior atau manten lawas. Ia menngingatkan situasi dan kondisi sosial terkini yang dianggap sudah mengalami distorsi.

Khofifah menunjuk contoh kehidupan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) yang mulai banyak mewarnai masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia.

“Ini PR besar bagi masyaraka dunia,” kata Khofifah.

Menurut dia, majelis pernikahan (laki-perempuan) ini harus dipertahankan karena merupakan wujud peradaban kemanusiaan, disamping perintah agama. Bahkan, tegas Khofifah, ketahanan sebuah negara sangat ditentukan oleh ketahanan keluarga.

“Kita harus menguatkan kembali pernikahan karena pernikahan sejenis sangat mengganggu peradaban manusia,” tegas Khofifah.

Wakil Ketua MPR RI Yandri Susanto sepakat dengan Khofifah. Menurut dia, dunia sekarang sudah tidak normal. “Yang normal dianggap tidak normal. Yang tidak normal dianggap normal,” kata Wakil Ketua Umum PAN itu.

Yandri mengajak semua pihak peduli terhadap kondisi yang mengancam kehidupan beragama ini. “Kalau kita tak peduli dan membiarkan, dunia akan semakin gelap dan tak terarah,” kata Yandri Susanto.

Ia memberi contoh sebuah kampung di Jepang. “Ada kampung di Jepang tidak ada warganya,” kata Yandri. Tren yang terjadi, warga Jepang enggan menikah dan tak mau punya anak. Bahkan sebagian LGBT.

“Sehingga bikin patung untuk teman tidur,” katanya sembagi mengatakan bahwa pemerintah Jepang sangat kesulitan untuk memotivasi warganya punya anak.

Bahkan pemerintah Jepang memberikan insentif dan asuransi kesehatan secara gratis bagi warganya yang mau melahirkan. Catatan BANGSAONLINE, pemerintah Jepang mengalokasikan dana Rp 376 triliun untuk mendanai warga yang mau punya anak.

Menurut Yandri, disinilah peran pondok pesantren sangat penting. “Karena itu kita harus terus kampanye untuk menikah dengan peremputan,” tambahnya.

Sementara Kiai Anwar Iskandar mengungkap sejarah perbesanan Kiai Asep dengan keluarga Buntet Cirebon.

Menurut Gus War, kakek jelas yaitu Kiai Abdul Chalim yang merupakan salah satu ulama pendiri NU dan perjuang kemerdekaan RI.

Begitu juga Gus Sultan. Masih keturunan KH Abbas Buntet. Menurut dia, Gus Sultan adalah putra Kiai Jailani Imam. Yaitu salah seorang kiai di Buntet yang kini almarhum. Kiai Jailani adalah cucu Kiai Abbas.

Menurut Gus War, Kiai Abbas adalah salah seorang kiai pendiri NU dan pejuang kemerdekaan. Bahkan, tegas Gus War, ketika para kiai akan melaksanakan jihad fisik untuk menyerang penjajah, Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari sempat minta menunggu kehadiran Kiai Abbas Buntet.

Gus War berharap pernikahan dengan Gus Sultan menjadi pelanjut perjuangan kakek atau leluhurnya. 

Dari keluarga Kiai Asep, selain sang istri, yaitu Nyai Hj Alif Fadhilah juga tampak Gus Bara dan Muhammad Habibur Rokhman (Gus Habib) yang terpilih sebagai anggota DPR RI dari Nasdem. Juga tampak putra-putri Kiai Asep serta menantunya yang mengeluti berbagai profesi, termasuk kedokteran,  secara lengkap.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video