Santri Pondok Dawuhan Kidul Kediri Tewas Terseret Arus Sungai Brantas
Kamis, 07 Januari 2016 19:28 WIB
KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Warga Dusun Kregan, Desa Dawuhan Kidul, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, Rabu (6/1) sore mendadak gempar. Pasalnya, M Latif (18) warga Desa Kademangan, Kecamatan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar, yang merupakan santri pondok Dawuhan Kidul terseret arus Sungai Brantas Waruturi Tunggorono, desa tersebut. Akhirnya, santri pondok tersebut ditemukan tewas di Sungai Desa Belor Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri.
Informasi yang dihimpun, peristiwa penemuan mayat ini bermula saat korban bersama Sumiran (44) sedang bekerja di sawah. Saat itu korban pamit untuk cuci tangan di sungai tersebut. Tak lama kemudian korban berteriak minta tolong karena terperosok ke sungai. Teman korban yang mendengar langsung lari menolong.
BACA JUGA:
Harus Rutin Terapi, Sulikah Warga Kediri Rasakan Manfaat Layanan JKN
Keluarga Sambut Kepulangan Jamaah Haji Kabupaten Kediri
Polisi Ungkap Kasus Pengeroyokan Pasutri di Kediri
Pj Wali Kota Kediri Berangkatkan Peserta Crit In Joy 2024
Sumiran yang mencoba meraih tangan korban, namun gagal karena arus sungai yang deras. Kemudian, Sumarno yang kebingungan langsung memberitahu warga lainnya dan langsung melapor ke Polsek Papar.
Petugas yang mendapat laporan tersebut langsung menuju ke lokasi kejadian bersama tim identifikasi Polres Kediri. Pencarian kemudian dilakukan di sekitar TKP, namun korban tidak ditemukan.
Sementara itu, pihak Polsek Papar langsung berkoordinasi dengan Polsek Purwoasri untuk dilakukan pencarian.
Kasubbag Humas Polres Kediri AKP Bowo Wicaksono mengatakan, setelah dilakukan pencarian hampir 6 jam, akhirnya korban ditemukan di pinggir sungai Desa Belor.
"Saat ditemukan oleh warga korban posisinya tertelungkup di pinggir sungai. Korban sengaja di Dawuhan Kidul untuk mondok dan melakukan terapi karena pengaruh narkoba," jelas AKP Bowo Wicaksono.
Lebih lanjut Kasubbag Humas menjelaskan, korban saat ditemukan langsung dibawa ke RS Bhayangkara Kota Kediri untuk dilakukan visum. "Di tubuh korban tidak ditemukan tanda bekas penganiayaan," tutur AKP Bowo Wicaksono. (den/rif/rev)