Tambang Emas Liar Jember Dibakar setelah Ancam Wartawan dan Polisi | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tambang Emas Liar Jember Dibakar setelah Ancam Wartawan dan Polisi

Sabtu, 30 Januari 2016 01:39 WIB

Salah satu lubang tambang emas ilegal.

JEMBER, BANGSAONLINE.com - Kepala Kepolisian Resor Jember Ajun Komisaris Besar Sabilul Alif bersama Kepala Perhutani Djohan Suryoputro dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Energi Sumber daya Mineral Achmad Sudiyono membakar dan merusak lubang tambang emas ilegal, di Gunung Manggar, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Jumat (29/1).

Pembakaran ini menandai perlawanan terhadap penambang emas ilegal yang semakin berani melawan hukum. Kemarin, para penambang emas ilegal itu bahkan berani menghadang dan mengancam tiga wartawan dan seorang aparat kepolisian. "Minggu depan secara bertahap kami akan tutup semua lubang ini," kata Sabilul.

Djohan mengatakan, jika disatukan, luas areal penambangan emas ilegal tersebut mencapai delapan hektare. "Sekarang lubang hanya sekitar 50-an. Dulu pada 2013, mencapai ribuan lubang," kata dia.

Rata-rata lubang itu memiliki kedalaman variatif, mulai dari lima meter hingga 20 meter. "Di dalamnya sudah bercabang seperti terowongan, Mas," kata salah satu petugas Perhutani Jember.

Di sekitar lubang, ada semacam tempat istirahat mirip kemah yang beratapkan plastik. Tempat-tempat itu kemudian juga dihancurkan oleh petugas yang datang.

Penambangan emas ilegal di Gunung Manggar sudah membawa korban. Seorang warga bernama Eko tewas dalam lubang tersebut. Belum diketahui, apa penyebab tewasnya warga itu.

Kepala Kepolisian Resor Jember Ajun Komisaris Besar Sabilul Alif memimpin langsung pengecekan lokasi tambang emas ilegal di Gunung Manggar, Kecamatan Wuluhan, Jumat (29/1).

Pengecekan ini respons dari ditemukannya warga bernama Eko yang meninggal dalam lubang galian tambang, Rabu (27/1). Selain itu, Sabilul merespons peristiwa terancamnya nyawa tiga wartawan saat hendak meliput penambangan emas liar.

Dari desa terakhir, Sabilul dan rombongan berjalan kaki menuju lokasi penambangan di Petak 14 Resor Pemangkuan Hutan Glundengan, Wuluhan. Sepanjang perjalanan melewati ladang jagung, mereka sempat menemukan semacam tempat berlindung non-permanen yang terbuat dari bambu dan beratapkan jerami atau plastik.

Informasi yang diterima petugas, tempat perlindungan tersebut digunakan oleh para penambang liar untuk menitipkan sepeda motor dan beristirahat. Di sana juga terdapat warung makanan. Setidaknya sepanjang perjalanan, ditemukan ada tiga warung makanan yang buka.

Alimah, salah satu penjual, mengaku, menyewa warung itu dari salah satu warga setempat. "Rp 200 ribu per bulan bayarnya," katanya. Ia mengaku melayani para petani di ladang.

Bu Ayu, pedagang lainnya, mengaku dari Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. "Saya juga sewa warung ini, Pak. Rp 250 ribu setiap bulan,"kata dia.

Di salah satu bagian warung, petugas menemukan semacam mesin diesel dan beberapa jerigen. Saat ditanya kegunaan mesin diesel itu, Ayu berkilah, membelinya dari seseorang. "Ini untuk jadi nelayan, kembali ke Banyuwangi," katanya.

Sabilul tentu saja tidak percaya. "Pokoknya dalam sepekan, saya ingin semua rumah-rumahan dan warung ini dibongkar. Tidak boleh ada lagi," katanya kepada aparat desa dan petugas kepolisian sektor.

Sabilul juga memerintahkan anak buahnya menyita sejumlah peralatan seperti jerigen dan lain-lain yang diduga bagian dari upaya penambangan liar. Beberapa sepeda motor tanpa plat nomor dan tidak dilengkapi surat-surat juga dibawa ke kantor polisi. (jaj/ns)

PWI Apresiasi Langkah Polisi

PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Kabupaten Jember, memuji respons aparat kepolisian, menyusul berita penambang emas liar di Gunung Manggar, Kecamatan Wuluhan, yang mengancam jiwa jurnalis.

"Kami mengapresiasi kinerja Polres Jember yang cepat merespons. Kami prihatin, wartawan masih memperoleh ancaman saat bekerja. Kali ini warga sipil yang bekerja sebagai penambang emas liar yang mengancam jiwa jurnalis," kata Ketua PWI Jember Sigit Edi Maryanto.

PWI Jember mendukung aparat pemerintah dan penegak hukum tegas menindak para penambang emas liar itu. "Hasil reportase teman-teman menunjukkan, bahwa penambangan emas liar ini mengancam lingkungan, termasuk kelangsungan sungai yang menjadi tumpuan irigasi para petani," kata pria berambut gondrong ini.

Tiga wartawan yang diancam oleh penambang ilegal itu adalah Rully Effendi (Radar Jember), Mahrus Soleh (Jember Times), Felli Kosasih (JTV). Sementara sang polisi bernama Brigadir Erly Kustanto.

Peristiwa itu terjadi kemarin, sekitar jam 10.00 WIB. Saat itu tiga jurnalis itu ingin meliput olah tempat kejadian tewasnya warga bernama Eko di lubang tambang liar, Rabu tadi malam. "Kami terlambat. Kapolsek sudah berangkat dulu, jadi kami diantarkan oleh petugas," kata Rully.

Rupanya sang petugas salah antar. Mereka bergerak ke sisi selatan gunung, bukan sisi utara. Tak disangka, di sana mereka memergoki sejumlah orang tengah menambang. Melihat itu, Erly Kustanto mengusir para penambang liar. "Sudah sana bubar, bubar," kata dia, menyebut status sebagai polisi.

Bukannya gentar, orang-orang itu justru mendekati Erly dan tiga jurnalis. Mereka bersenjata tajam. "Sudah, cuma empat orang. Serang," teriak salah satu orang yang kelihatan dituakan.

Melihat situasi gawat, Rully tak habis akal. Ia mengaku petugas polres. "Berani kalian? Jangan macam-macam. Di bawah sudah ada banyak petugas. Kalian mau ditangkap? Saya ini kasihan sama kalian. Ayo bubar, pulang," teriak dia.

Rupanya lontaran Rully bikin mereka ciut nyali. Akhirnya, orang-orang itu membubarkan diri. Legalah Rully dan kawan-kawan. "Kalau tidak dibegitukan, bagaimana? Kami tak bawa senjata untuk melawan dan kalah jumlah," kata dia. (jaj/ns) 

 

 Tag:   Tambang Jember

Berita Terkait

Bangsaonline Video