Jangan Ada Kecurangan dalam Muktamar, Masdar F Mas’udi Usul NU Dipimpin Direktur

Jangan Ada Kecurangan dalam Muktamar, Masdar F Mas’udi Usul NU Dipimpin Direktur Masdar F Mas'udi (foto: tempo)

Pada awalnya, kata Masdar, NU dikelola sepeti halnya sebuah pesantren karena organisasi kemasyarakatan dengan jumlah pengikut terbanyak itu bisa dilogikakan sebagai pesantren besar. Layaknya pola kepemimpinan pesantren, kiai pemegang kuasa di NU punya otoritas sangat besar.

"Dulu seorang Rais Am NU itu luar biasa. Semua sami'na wa ato'na, tidak ada yang berani membantah ucapannya," kata Masdar.

Namun seiring perkembangan zaman, pola kepemimpinan absolut dan tradisional semacam itu mulai kurang cocok diterapkan untuk organisasi dengan basis massa yang besar. Terlebih NU telah ditinggalkan oleh kiai-kiai kharismatik seperti KH Hasyim As'ari, KH Wahab Hasbullah dan KH Bisri Syansuri yang, bagi Masdar, tatarannya telah mencapai kemaksuman. "Alam sudah tidak melahirkan lagi kiai-kiai sebesar beliau-beliau," ujarnya.

Karena itu Masdar setuju bila NU mulai luwes dalam mengelola organisasinya. Ia punya gagasan pimpinan NU tidak harus kiai, namun seorang direktur. Masdar membandingkan dengan kemunculan pesantren-pesantren modern yang dijalankan oleh seorang direktur dan ternyata sukses.

"Pendidikannya jalan, santrinya banyak," ujarnya. Ia mencontohkan keberhasilan KH Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah) dalam memimpin Pesantren Tebuireng. Menurut dia, kharisma Gus Solah jelas kalah dibanding para kiai pengasuh Pesantren Tebuireng sebelumnya, apalagi jika dibanding dengan kakeknya, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Begitu juga dari segi keilmuan agama.

Tapi meski Gus Solah kalah kharisma dan tak bisa baca kitab kuning faktanya bisa memajukan Pesantren Tebuireng. Kini santri Tebuireng lebih banyak ketimbang jaman dulu. Meski demikian, kata Masdar, doktrin-doktrin yang bersifat dasariah dan esensial tetap harus dipertahankan. Misalnya, soal ajaran ahlus sunah wal jamaah dan Khittah NU 1926 yang selama ini menjadi pegangan organisasi. "Ini tantangan-tantangan ke depan yang harus dihadapi NU, karena evolusi itu hukum besi," ujarnya.

Masdar Hilmy mengatakan gagasan Masdar Mas'udi cukup revolusioner. Hilmy melihat tidak mudah meyakinkan NU untuk menerima gagasan tersebut. Walaupun demikian, untuk sebuah ide besar, kata dia, gagasan Masdar Mas'udi layak dipikirkan atau dikaji.

"Cuma pertanyaanya adalah, apakah NU mau melakukan perubahan sedrastis itu," kata Hilmy yang juga pengajar di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini. (sby-1/tempo/ss)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Mobil Dihadang Petugas, Caketum PBNU Kiai As'ad Ali dan Kiai Asep Jalan Kaki ke Pembukaan Muktamar':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO