Bupati Magetan Raih Gelar Doktor dengan Predikat Cum Laude

Bupati Magetan Raih Gelar Doktor dengan Predikat Cum Laude Bupati Magetan Sumantri bersama ibu Nanik Sumantri berfoto bersama di Unmer Malang. (Nanang Ari/BANGSAONLINE)

MAGETAN, BANGSAONLINE.com - Bupati Magetan, Drs. H. Sumantri, MM berhasil menyandang gelar doktor. Disertasinya berhasil dipertahankan dihadapan tim penguji Pascasarjana Universitas Merdeka Malang, pada hari sabtu, 25 April 2015. Disertasi yang diajukan mengangkat judul Pemberdayaan Masyarakat Petani Padi Melalui”RABI GABAH” (Kajian Sosiologis Masyarakat Lokal Petani Padi Di Desa Purworejo Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Magetan Jawa Timur).

Pada tahun 2011 terjadi serangan hama wereng coklat di sebagian besar wilayah penghasil padi. Saat itu di Indonesia terjadi penurunan produksi beras hingga 10%. Namun demikian Kabupaten Magetan masih bisa meningkatkan produksi sebesar 1,05%. Hal tersebut disebabkan pengendalian hama penyakit dapat dilakukan lebih terkoordinasi antara petani, kelompok tani dan petugas, sehingga serangan wereng tidak terlalu meluas. Pengendalian hama merupakan salah satu bagian dari program Rabi Gabah.

Secara harfiah, rabi gabah diartikan sebagai“menikah dengan padi. Maksudnya, petani didorong untuk mengelola tanaman padi seperti istri sendiri. Bagi petani Magetan, padi memiliki aspek ekonomi dan aspek sosial yang lebih unggul dibanding komoditas lain seperti jagung atau kedelai. Masyarakat petani lebih bangga dan tenang jika mempunyai simpanan padi.

Sebenarnya, RABI GABAH merupakan akronim dari Rabuk (pupuk), bibit (benih), Garapan (pengolahan tanah), Banyu (air irigasi) dan Hama. Rabuk, dimaksudkan pemupukan harus berimbang, serta memperbanyak pupuk organik. Bibit, menggunakan benih mermutu dan bersertifikat. Garapan, pengolahan tanah secara baik dan cepat sehingga dapat tanam serempak dalam satu hamparan. Tanam serempak dapat mengurangi serangan hama penyakit tanaman. Selanjutnya banyu dimaksudkan pemberian air yang cukup sesuai periode pertumbuhan tanaman. Hama, pengendalian hama dan penyakit tanaman, sejak tebar benih.

Dalam program ini diupayakan bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pertanian tanaman padi melalui Program“Rabi Gabah. Selain itu juga bagaimana pelaksanaan program “Rabi Gabah” sebagai pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pertanian tanaman padi serta lebih jauh lagi juga mencermati faktor-faktor yang melatarbelakangi usaha pemberdayaan masyarakat petani salah satunya di Desa Purworejo Kecamatan Nguntoronadi.

Dihadapan tim penguji yang terdiri dari Prof. Dr. H. Agus Sholahuddin, MS; Dr Kridawati Sadhana, MS; Prof. Dr Hj. Grahida Chandrarin, M.Si; Prof. Dr. H. Budi Siswanto, M.Si; Prof. Dr. Bonaventura Ngw, MS; Prof Dr. I Made Weni, SH, MS; Prof. Dr. H. Sebastian Koto, M.Si; Dr Hj. Sri Hartini Jatmikowati, M,Si serta Dr. Marsini, Spd, M.Pd, MM, dipaparkan bahwa Berbagai kunci keberhasilan dalam penerapan rabi gabah diantaranya adalah dengan membangun mindset bahwa aktivitas pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani. Pertanian tetapi juga merupakan sebuah cara hidup (way of life atau livehood).

Program Rabi Gabah merupakan jawaban atas permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pembangunan pertanian. Kebijakan dari pemerintah untuk menyalurkan bantuan sarana dan prasarana pertanian serta modal produksi merupakan bentuk pengkapasitasan dan pendayaan masyarakat petani.

Dari penerapan Rabi Gabah ini, dapat dilihat hasilnya, bahwa program ini adalah sebuah proses menuju pemberdayaan masyarakat petani padi. Petani bukan hanya menjadi obyek penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras (hard working), kemandirian (self reliance), hemat (efficiency), keterbukaan (open mind), sikap tanggung jawab (responsible), adalah merupakan bagian pokok dari upaya pemberdayaan.

Sedangkan kolaborasi stakeholder dalam pemberdayaan masyarakat petani antara petani, swasta dan pemerintah merupakan suatu proses interaksi aspek ekonomi, ekologi, dan sosial budaya masyarakat. Kolaborasi tersebut telah membangun social capital dengan suatu lingkaran sinergi stakeholder cooperative farming dalam mencapai tujuan peningkatan usaha produksi pertanian padi. Jadi arah pemberdayaan masyarakat petani padi adalah Cooperative Farming berbasis partisipasi aktif masyarakat petani (bottom up). Dengan demikian, Bentuk pemberdayaan masyarakat petani padi dalam program “Rabi Gabah” adalah pengembangan modal sosial berupa jejaring kerja dan partisipasi multistakeholder sebagai prototipe Model Cooperative Farming.

Dalam sidang terbuka promosi Doktor Ilmu Sosial Program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang tanggal 25 April 2015, Dr. Drs. H. KRA. Sumantri Notoadinagoro, MM dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude. Gelar yang diberikan ke Bupati Magetan ini adalah gelar Doktor Ilmu Sosial ke 169 dan ke 257 gelar Doktor dari Unmer Malang.

Terkait keberhasilan mempertahankan disertasi dihadapan tim penguji, segenap jajaran Pemerintah Kabupaten Magetan menyampaikan selamat dan sukses kepada Dr. Drs. H. KRA. Sumantri Notoadinagoro, MM atas pengukuhan gelar doktor dari program Pascasarjana Universitas Merdeka Malang. (adv/nng/rvl)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO