Bedah Buku di Pascasarjana Unair, Prof Badri Sebut Kiai Asep Miliki Modal Psikologis HERO Luthans

Bedah Buku di Pascasarjana Unair, Prof Badri Sebut Kiai Asep Miliki Modal Psikologis HERO Luthans DARI KANAN: Prof Dr Suparto Wijoyo, M Mas'ud Adnan, Prof Badri Munir Sukoco, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, Baddrut Tamam dan Munif At-Tamimi dalam acara bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan yang diselenggarakan Sekolah Pascasarjana Unair di Ruang Majapahit ASEEC Tower Kampus B Unair Surabaya, Jumat (30/9/2022). Foto: bangsaonline.com

“Sekolahnya terbuat dari terop,” katanya.

Tapi Kiai Asep dengan penuh percaya memasang papan nama Sekolah atau Madrasah Bertaraf Internasional. “Saya mengatakan bahwa sekolah ini akan menjadi sekolah termaju di Indonesia sementara,” kata Kiai Asep.

Maksudnya sementara? “Nanti akan menjadi lembaga pendidikan internasional yang menjadi kiblat peradaban, kiblat keilmuan, kiblat kebudyaaan, dan kiblat keagamaan terutama agama Islam,” kata Kiai Asep.

Mendengan pidato Kiai Asep itu banyak yang mencibir. Termasuk kepala desanya.

“Mereka bilang ojok kemelipen poo (jangan terlalu tinggi, Red),” kata Kiai Asep menirukan cibiran para tetangganya.

Kiai Asep mengaku merasa malu juga saat itu. “Tapi akhirnya saya menemukan referensi dalam Kitab Ta’lim Mutaallim. Innallaha maa’liyal umur wayukrahu safsafaha. Bahwa Allah senang pada orang yang tinggi urusannya, tinggi cita-cita dan Allah tak suka pada orang yang rendah urusannya, yang rendah cita-citanya,” kata Kiai Asep.

Sejak itu Kiai Asep tak peduli. Ia sangat percaya diri, meski orang merendahkan karena menganggap kemelipen. Sebab ia merasa disenangi Allah SWT.

Kiai Asep terang-terangan mengaku sukses karena faktor doa dan salat malam. Ia mengaku salat malam 12 rakaat 6 salam dan salat witir 3 rakaat 2 kali salam. Menurut dia, referensi salat malam itu ia temukan pada Kitab Ihya Ulumiddin karya Hujjatul Islam Imam Ghazali.

“Doa dan cara salat malam itu ada di bagian akhir buku itu,” kata Kiai Asep.

Sementara Mas’ud Adnan yang diminta bicara pertama mengungkapkan bahwa ia tertarik menulis Kiai Asep karena banyak menciptakan paradigma baru. Ia memberi contoh pemikirannya tentang pendidikan Indonesia.

Menurut Mas’ud Adnan, Kiai Asep sangat gelisah dengan lembaga pendidikan Indonesia, terutama karena belum mengorbit secara internasional. Padahal potensi Indonesia sangat besar. Tapi karena tak ada yang memulai berpikir besar maka sampai sekarang lembaga pendidikan Indonesia belum bisa mengglobal.

“Kiai Asep pernah mengatakan kepada saya, Pak Mas’ud, Mesir itu secara ekonomi jauh di bawah kita. Tapi karena punya Universitas Al Azhar yang banyak memberikan beasiswa kepada negara lain, terutama negara berpenduduk muslim, akhirnya jadi terkenal dan besar. Bahkan pemerintah Mesir pernah berhutang uang kepada Univesitas Al Azhar,” kata Mas’ud Adnan sembari mengatakan bahwa Kiai Asep aktif memberikan beasiswa S1, S2 dan S3 sebanyak 400 orang lebih dalam setahun.

Karena itu, kata Mas’ud, kini Kiai Asep mengurus akreditasi internasional untuk mendirikan international university. 

“Saya kira juga bisa. Siapa tahu suatu saat pemerintah pusat malah berhutang (uang) pada karena sudah kaya,” kata Mas’ud Adnan yang alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana .

Faktor lain yang menarik, menurut Mas’ud, adalah latar belakang Kiai Asep. Menurut dia, Kiai Asep adalah putra KH Abdul Chalim, salah seorang ulama besar pendiri Nahdlatul Ulama. Tapi saat miskin Kiai Asep tak pernah menunjukkan sebagai putra pendiri NU. Kiai Asep baru menunjukkan sebagai putra pendiri NU setelah punya pesantren besar dan kaya raya.

Sikap ini, menurut Mas'ud, adalah sikap mandiri. Tak mengandalkan kebesaran orang tuarnya.

Yang perlu dicatat, kata Mas’ud Adnan, Kiai Asep waktu remaja sangat miskin. Saking miskinnya, 3 gadis yang dilamarnya menolak untuk dinikahinya. 

“Itu saya tulis pada halaman 116 dengan judul Cinta Tragis, Ditolak Tiga Gadis,” kata Mas'ud Adnan yang CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com.

Kini Kiai Asep jadi ulama besar yang kaya raya. Santrinya mencapai 16 ribu orang. Bahkan penghasilan istri Kiai Asep, Nyai Hj Alif Fadlilah, Rp 2 miliar dalam satu bulan. 

"Rp 2 miliar itu dalam satu bulan, bukan dalam satu tahun," katanya.

Menurut Mas'ud, Kiai Asep dan istrinya sama-sama dermawan. Kompak.

Acara bedah buku Kiai Asep sangat semarak. Banyak yang mengacungkan tangan untuk bertanya. Ada yang tanya uang Kiai Asep berasal dari mana. Ada juga yang minta ajazah doa dan ada juga yang minta bimbingan dalam mengelola lembaga pendidikan dan pondok pesantren.

Kiai Asep dengan telaten melayani semua pertanyaan yang diajukan peserta.

“Silakan bertanya,” kata Kiai Asep.

Bahkan saat acara bedah buku sudah selesai pun peserta tak langsung pulang. Mereka merangsek ke depan. Ada yang minta tanda tangan dan ada yang minta foto bersama.

Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan ini sudah dibedah di berbagai tempat. Antara lain di ITB Stikom Denpasar Bali, Gedung Dewan Pers Jakarta, Pesantren Tahfidz Maros Sulawesi Selatan, Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon Jawa Barat, Pesantren Amanatul Ummah 02 Leuwimunding Majalengka Jawa Barat, Universitas Trunojo Madura (UTM), Pesantren Ibnu Kholdun Al Hasyimi Situbondo, Pendopo Bupati Bondowoso, Kongres III Pergunu di Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, dan kini di Hotel Garuda Pontianak Kalimantan Barat yang diselenggarakan oleh Pergunu Kalbar.

"Masih sangat banyak perguruan tinggi, pesantren dan lembaga pemerintah yang antre untuk bedah buku ini," kata M Mas'ud Adnan. (mma)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO