Busana khas Jombang ini terdiri diri udheng blangkon sundul mego. Yakni perpaduan dari udheng ludruk dan blangkon cekdongan. Hal itu berarti insan Jombang sangat egaliter, sangat menghormati perbedaan, sangat toleran. Sundhul mego diambil dari nama Patih dalam Cerita Wayang Topeng Jatiduwur dalam lakon Wiruncono Murco.
Kemudian baju model ‘Jas Gulon Dwigatra’. Jas ini merupakan busana atasan pria. Dipilih desain jas karena mengikuti pola busana adat Jawa yang cenderung menggunakan jas untuk busana atasannya. Bagian jas gulon dwigatra ini menjadi titik pembeda dengan busana adat dengan daerah lain di Jawa Timur. Jas gulon bermakna memakai kerah tegak, untuk membedakan dengan model potong gulon atau pun desain teluk belanga.
Jas gulon ini juga dipakai oleh Bupati Jombang pertama RAA Soeroadoningrat. Jas Gulon Dwigatra sebagai pembeda dengan bentuk Jas Mataraman dan Jas Jawa Timuran atau sering disebut jas Basofi.
Sementara bagian bawah busana wanita Jombang Deles ini dari kain jarik yang memiliki sampiran kain penutup di bagian depan seperti jarik pada umumnya. Bagian depan dibuat bukaan samping kiri untuk menghadap posisi pasangan busana putra yang menghadap sebaliknya atau mengarah ke kanan. (aan/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News