Selain Penjajahan, Indonesia Juga Pernah Alami Sejarah Kelam Lainnya, Salah Satunya Tragedi Trisakti

Selain Penjajahan, Indonesia Juga Pernah Alami Sejarah Kelam Lainnya, Salah Satunya Tragedi Trisakti Kerusuhan Sampit , Kalimantan Tengah.

Kemudian, pada 12 November 1991, para demonstran mengadakan aksi protes terhadap pemerintah Indonesia, atas prosesi penguburan Sebastião Gomes.

Saat memasuki pemakaman, pasukan Indonesia justru melakukan penembakan. Dalam peristiwa itu, dilaporkan sebanyak 382 orang terluka, dan 250 menghilang.

Aksi tersebut, justru diketahui oleh dua jurnalis Amerika Serikat, Amy Goodman dan Allan Nairn, dan terekam oleh Max Stahl.

Video itulah, digunakan dalam dokumenter First Tuesday bertajuk In Cold Blood: The Massacre of East Timor.

Kerusuhan Mei 1998

Mei 1998 merupakan kerusuhan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) secara besar-besaran. Kerusuhan itu, juga disebut dengan , karena menewaskan mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998. Kemudian, sehari setelahnya, pada 13-15 Mei 1998, menyusul peristiwa yang sama lainnya.

Dilansir melalui Tempo, Koordinator Investigasi dan Pendataan Tim Relawan, Sri Palupi pernah melakukan analisa kerusuhan tersebut, serta mendapatkan kesimpulan, bahwa Kerusuhan Mei 1998 tersebut, disebabkan oleh sentimen SATA yang telah lama berlangsung dan dimanfaatkan untuk memicu kerusuhan akibat krisis moneter.

Konflik Sampit 2001

Konflik yang terjadi di Kota Sampit, Kalimantan Tengah ini, juga melibatkan unsur SARA. Namun demikian, dalam bukunya, Perang Kota Kecil: Kekerasan Komunal dan Demokratisasi di Indonesia, Gerry van Klinken mengatakan, peristiwa tersebut tak lepas dari persoalan sosial-ekonomi lokal, seperti kompetisi antara para penambang emas.

“Hutan-hutan Kalimantan Tengah telah lama menjadi wilayah perbatasan yang tak mengenal hukum, dan ketegangan-ketegangan baru-baru itu membantu memastikan agar kelompok-kelompok pekerja etnis kadang-kadang bentrok dengan satu sama lain” [hlm. 220].

2011

Kerusuhan ini berawal dari bentrokan antar warga di Kota Ambon, Maluku, pada 11-12 September 2001.

Dua kelompok, saat itu saling melempar batu, melakukan pemblokiran jalan, dan merusak kendaraan di Ambon.

Hingga akhirnya, dari peristiwa tersebut mengakibatkan 7 orang meninggal dunia, 65 orang luka-luka, dan ribuan orang mengungsi.

Salah satu sumber mengatakan, kerusuhan ini, dipicu atas kematian seorang tukang ojek yang terlibat unsur SARA.

Tetapi, berdasarkan dari jenis lukanya dan beberapa hasil investigasi, keluarganya meyakini bahwa kematian tukang ojek tersebut karena aksi pembunuhan.

Pesan yang beredar saat itu, menyebut bahwa ia mengalami penyiksaan dan dibunuh secara ramai-ramai. Setelah pemakaman, kerusuhan itu terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Lembah Djati Cocok Untuk Rekreasi Malam Hari Bersama Keluarga':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO