Punya Murid Buzzer, Kebenaran Baru ternyata Kebenaran Palsu

Punya Murid Buzzer, Kebenaran Baru ternyata Kebenaran Palsu Dahlan Iskan.

Hanif juga berperan dalam mewajibkan mahasiswa membeli modul pelajaran. Tidak lagi suka-suka. Itu bisa membuat tingkat drop out turun dari 40 persen menjadi sekitar 20 persen.

Ia juga yang mengharuskan mahasiswa UT mengikuti perkuliahan secara terstruktur dan terbimbing. Tidak lagi suka-suka. Ini yang membuat kualitas lulusan UT meningkat.

Hanif orang yang tekun. Juga dalam penelitian.

Peneliti, katanya, jangan meneliti fakta empiris kualitas pelayanan suatu lembaga pemberi pelayanan. Itu mengakibatkan yang diteliti hanya persepsi responden.

Dalam praktik Anda sudah tahu: peneliti hanya minta responden mengisi pilihan ganda: sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju atas pernyataan dari indikator-indikator kualitas pelayanan.

Peneliti juga tidak meneliti fakta empiris kepuasan masyarakat.

Jadi, penelitian begini ini tidak meneliti fakta empiris. Mereka tidak meneliti fakta empiris kualitas pelayanan. Juga tidak meneliti fakta empiris kepuasan masyarakat.

Misalnya penelitian kuantitatif soal kepuasan terhadap tempat parkir.

Pertanyaan 1:

Tersedia tempat parkir yang aman dan memadai.

- sangat setuju

- setuju

- kurang setuju

- tidak setuju

- sangat tidak setuju

Kuesioner tersebut tidak minta kepada responden memberikan informasi faktual kepada peneliti: Apakah mempunyai tempat parkir yang aman dan memadai. Kuesioner tersebut hanya minta kepada responden untuk memberi opini (sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) atas kalimat "Tersedia tempat parkir yang aman dan memadai".

Lantas, dengan otak atik gatuk, pakai statistik, disimpulkanlah bahwa kualitas pelayanan (x) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan masyarakat (y).

"Itu yang pak Dahlan Iskan dalam bahasa satire menyebutnya sebagai ," ujar Prof Hanif.

Kebenaran baru itu, katanya, sebenarnya kebenaran kosong. Ia dibangun berdasarkan persepsi, tidak berdasarkan fakta.

Kalau pendapat Prof Hanif tersebut benar maka kita jadi tahu bahwa bapak adalah pencipta penelitian kuantitatif.

Kalau peneliti kuantitatif disebut sebagai guru dan para sebagai muridnya terlihatlah bahwa di zaman ini murid telah lebih hebat dari gurunya. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO