Talkshow 'Aku Kuat, Aku Berharga' SMAN 2 Batu, Dorong Siswa Jadi Pelopor dan Pelapor Perundungan

Talkshow Sesi talkshow dengan topik Aku Kuat Aku Berharga.

KOTA BATU, BANGSAONLINE.com - Dalam rangka mengampanyekan anti perundungan di kalangan siswa kelas X, SMA Negeri 2 Batu menggelar talkshow dengan topik "Aku Kuat Aku Berharga" bertempat di halaman sekolah setempat, Jumat (6/9/24).

Talkshow yang diikuti seluruh siswa kelas X SMAN 2 Batu ini digelar sebagai bagian dari proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) yang mengangkat tema bangunlah jiwa raganya. Narasumber dalam talkshow yakni Wildan Fauzi (penyintas) dan Fuad DY, aktivis perundungan anak dan perempuan Kota Batu.

Fuad mengawali paparannya meminta siswa untuk mengokohkan kepribadiannya sebagai pelajar yang kuat sehingga bisa mengikuti pembelajaran di sekolah dengan baik.

"Kita harus jadi pelopor dan pelapor dalam perundungan di lingkungan kita masing-masing, termasuk di sekolah. Artinya, siswa jadi pelopor untuk tidak sekali kali melakukan perundungan, baik verbal, fisik, maupun cyberbulliying," ujar Fuad.

Siswa diharapkan juga jadi palapor. Tidak tinggal diam manakala mendapati ada orang atau sesama siswa yang dibully. Langkah yang bisa dilakukan bila melihat ada teman yang dibully yakni saksi harus berani menenangkan korban dan melaporkan kejadian perundungan ke guru Bimbingan Konseling (BK).

"Kita harus berani melaporkan ke BK. Jika tidak berani berbicara, maka bisa melalui tulisan. Secara hukum, saksi akan mendapat jaminan perlindungan dari Lembaga perlindungan saksi dan korban," ungkap Fuad.

Ditambahkan, tindakan perundungan, baik verbal maupun fisik biasanya dimulai dari hal-hal kecil. Terutama candaan. Jika hanya sekali mungkin disebut candaan, namun jika dilakukan terus menerus maka sudah dikategorikan sebagai perundungan.

Fuad juga mengingatkan kepada siswa agar tidak memposting curhatan di media sosial. Pasalnya, curhatan itu seringkali menjadi pintu bagi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk melakukan tindakan yang tidak baik.

Sementara itu, Wildan, salah seorang penyintas yang pernah menjadi korban perundungan di keluarganya mengungkapkan, sejak SMP hingga perguruan tinggi dirinya mendapat perlakuan dari keluarganya yang kurang menyenangkan. Salah satunya ia dibeda-bedakan dengan kakaknya. Akhirnya semasa SMA hingga kuliah ia mencari jalan 'ninja' dengan turut belajar merangkai detonator atau alat pemicu peledakan.

"Itu semua saya lakukan karena saya merasa kehilangan rumah dan menemukan rumah baru yang mengapresiasi dan menuruti keinginan saya," ungkapnya.

Ia ceritakan juga pada tahun 2010 sat ada konflik di Syuriah ia ikut misi kemanusiaan. Namun akhirnya ia terjerumus dan bergabung dengan jaringan Alqaida dan ISIS. Ia mengaku dilatih kemampuan militer dan terjun ke medan perang tiap hari.

"Bahkan saya sempat bergabung dengan pasukan bom mobil namun tidak berlanjut. Akhirnya saya putuskan kembali ke Indonesia," katanya.

Diakui, sesampai di Indonesia ia dijemput oleh tim Densus 88 dan akhirnya sempat dipenjara. Atas peristiwa yang dialaminya, akhirnya orang tuanya minta maaf.

"Saya saat ini terus berupaya menyadarkan banyak orang agar tidak terjebak dengan hal-hal yang terkait dengan terorisme," pungkasnya.

Selain talkshow, pihak sekolah juga mengadakan lomba yel-yel anti perundungan yang diikuti seluruh kelas X. (asa/ns)

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO