SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sidang lanjutan kasus pembunuhan aktivis anti-tambang Salim Kancil kembali digelar di PN Surabaya, Kamis (25/2). Dalam sidang kedua ini menghadirkan Tosan sebagai saksi. Selain Tosan, Kades non aktif Desa Selok Awar-Awar, Lumajang, Hariono juga dihadirkan.
Dalam persidangan, Tosan yang merupakan rekan Salim Kancil menceritakan bagaimana dia dibantai oleh Tim 12 pimpinan Mat Datsir. Tosan berkisah, pada 9 September 2015, rumahnya didatangi oleh segerombolan orang.
BACA JUGA:
- Satu Korban Tanah Longsor Tambang Pasir Lumajang Ditemukan, BPBD Hentikan Pencarian Sementara
- Tak Mau Terjadi Salim Kancil Jilid 2, Polres Lumajang Obrak Penambal Ilegal di Pantai Watu Pecak
- Gejolak Jalur Pasir Desa Jugosari, Kapolres dan Bupati Lumajang Turun Langsung Netralisir Warga
- Gelar Razia Besar, Polres Lumajang Amankan Belasan Truk Pasir Ilegal
"Waktu itu saya usai menyapu rumah didatangi oleh gerombolan ini dan langsung mengeroyok saya," kata Tosan sembari menunjuk sejumlah terdakwa dalam persidangan itu, Kamis (25/2) dikutip dari okezone.
Tosan mengenali sejumlah pelaku di antaranya Ikhsan yang pertama kali melakukan pemukulan, kemudian Tomu, Mat Dasir dan pelaku lainnya. Karena posisi tak seimbang, Tosan lari dan sembunyi di rumah tetangganya bernama Santo.
Sekitar satu jam lebih ia bersembunyi di rumah tersebut. Setelah dirasa cukup aman, dia pun keluar. Rupanya, gerombolan pengeroyok belum beranjak dari rumahnya. Tosan berusaha kabur lagi tapi keberadaanya diketahui pelaku dan ia dikejar.
"Saya waktu itu lari. Untuk mempercepat saya sempat minjam sepeda jengki milik anak yang ada di tanah lapang itu. Belum sempat saya memancal sepeda langsung ditabrak dengan sepeda motor. Saya juga dilempar batu kena kepala saya, pak hakim," kata Tosan dengan logat Madura yang kental.
Rupanya, setelah Tosan tersungkur, gerombolan yang belakangan diketahui bernama Tim 12, menabraknya berkali-kali dengan sepeda motor. Tosan pun tak berdaya dan roboh dengan kepala bersimbah darah akibat dihantam batu.
"Saya langsung roboh. Saat itu saya pura-pura mati agar selamat dan pembantaian tidak dilanjutkan. Meski akhirnya saya pingsan dan setelah sadar berada di rumah sakit," jelasnya.
Klik Berita Selanjutnya