Ia mengucapkan terimakasih kepada semua pihak. ”Semoga dakwah ini bisa menyampaikan pesan bahwa dakwah adalah merangkul, bukan menendang,” katanya.
”Meski Bu Suratmi bukan warga Muhammadiyah tapi kami diajarkan selalu membela mereka yang tertindas. Maka tak peduli apapun agamanya, apapun latarbelakangnya, Muhammadiyah wajib membantu ,” tambahnya.
Menurut dia, ada dua temuan penting sementara dokter forensik Muhammdiyah dari autopsi yang disampaikan Ketua Tim, Dokter Gatot Suharto kepada media.
Pertama, diduga jenazah Siyono belum pernah dilakukan autopsi oleh siapapun.
Kedua, ditemukan luka di beberapa bagian tubuh akibat benturan keras alat tumpul.
Seperti diberitakan, sembilan dokter forensik yang ditunjuk Pengurus Pusat Muhammadiyah dan seorang dokter dari Polda Jawa Tengah melakukan proses autopsi terhadap jenazah Siyono di tempat pemakaman umum Desa Pogung, Cawas, Klaten, Jawa Tengah.
Autopsi yang sempat diklaim ditolak oleh warga setempat itu dilakukan dengan penjagaan ratusan anggota Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) Jawa Tengah. Perwakilan dari Komnas HAM juga hadir untuk pemantauan autopsi.
"Total ada 10 dokter, satu dari perwakilan Polda Jawa Tengah. Nanti kita lihat hasilnya, mungkin setelah 10 hari proses uji lab, sudah tahu hasilnya. Mereka prorfesional dan ahli di bidangnya," kata Komisioner Komnas HAM Hafid Abbas kepada wartawan, Minggu (3/4/2016).
Otopsi dipimpin oleh dr Gatot Suharto dari Majelis Pembina Kesehatan Umum dan Pelayanan Sosial DPW Muhammadiyah Jawa Tengah dan dosen Universitas Diponegoro, Semarang.
Terkait adanya penolakan dari warga terhadap otopsi tersebut, Hafid menegaskan bahwa proses otopsi merupakan bukti Indonesia adalah negara demokrasi. (tim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News