PBNU Terlilit Parpolisasi, KH Hasyim Muzadi Apresiasi Dakwah Muhammadiyah Autopsi Siyono

PBNU Terlilit Parpolisasi, KH Hasyim Muzadi Apresiasi Dakwah Muhammadiyah Autopsi Siyono KHA Hasyim Muzadi

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - KHA Hasyim Muzadi, pengasuh dua Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang Jawa Timur dan Depok Jawa Barat mengapresiasi langkah yang mengawal autopsi Siyono, korban tewas saat ditangkap Densus 88.

”Saya hormat kepada perjuangan yang mengawal dan meminta otopsi Siyono. Berkali-kali saya minta kepada yang berwenang dalam menangani terorisme agar bertindak Indonesiawi,” tegas Kiai Hasyim Muzadi dalam keterangan tertulisnya yang diterima bangsaonline.com, Senin pagi (4/4/2016).

Menurut mantan ketua umum dua periode itu, perjuangan ini sulit ditemukan pada sekarang.

”Perjuangan ini bisa diebut mewakili umat Islam dan rasa keadilan Indonesiawi, sesuatu yang sudah sulit diharapkan dari (yang sekarang) karena lilitan liberalisasi dan parpolisasi,” kata Kiai Hasyim Muzadi yang dalam pernyataan persnya kali ini mengaku sebagai anggota NU biasa.

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini minta aparat yang berwenang agar pola pemberantasan terorisme di Indonesia semata demi kepentingan keselamatan Indonesia, bukan kepentingan negara lain.

“Jangan menggunakan pola Americani atau westernisasi dalam pemberantasan terorisme di Indonesia,” tegasnya.

Karena perang terhadap terorisme yang dilakukan negara Barat, menurut dia, sejatinya bukan semata kepentingan bangsa, tapi punya kepentingan lebih luas dan konprehensif. ”Maka dalam hal ini perlu diapresiasi agar tetap ada unsur keadilan dalam masalah Siyono dan itu memang perlu autopsi guna mengukur apakah ada over acting dari Densus 88 atau tidak,” katanya.

Sementara Ketua PP Pemuda Dahmil Anzar Simanjuntak dalam rilisnya menyatakan bahwa proses autopsi Siyono berjalan lancar.

Menurut dia, proses otopsi berlangsung 3,5 jam yang dilakukan oleh 9 dokter ahli forensik plus 1 dokter forensik yang didatangkan Polri.

”Otopsi berlangsung lancar dengan dukungan penuh Kokam Pemuda bersama warga sekitar yang sebelumnya diklaim oleh Kepala Desa menolak. Faktanya justru warga yang menyediakan beberapa kebutuhan Kokam Pemuda dan tim forensik,” katanya.

Ia mengucapkan terimakasih kepada semua pihak. ”Semoga dakwah ini bisa menyampaikan pesan bahwa dakwah adalah merangkul, bukan menendang,” katanya.

”Meski Bu Suratmi bukan warga tapi kami diajarkan selalu membela mereka yang tertindas. Maka tak peduli apapun agamanya, apapun latarbelakangnya, wajib membantu ,” tambahnya.

Menurut dia, ada dua temuan penting sementara dokter forensik Muhammdiyah dari autopsi yang disampaikan Ketua Tim, Dokter Gatot Suharto kepada media.

Pertama, diduga jenazah Siyono belum pernah dilakukan autopsi oleh siapapun.

Kedua, ditemukan luka di beberapa bagian tubuh akibat benturan keras alat tumpul.

Seperti diberitakan, sembilan dokter forensik yang ditunjuk Pengurus Pusat dan seorang dokter dari Polda Jawa Tengah melakukan proses autopsi terhadap jenazah Siyono di tempat pemakaman umum Desa Pogung, Cawas, Klaten, Jawa Tengah.

Autopsi yang sempat diklaim ditolak oleh warga setempat itu dilakukan dengan penjagaan ratusan anggota Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda (Kokam) Jawa Tengah. Perwakilan dari Komnas HAM juga hadir untuk pemantauan autopsi.

"Total ada 10 dokter, satu dari perwakilan Polda Jawa Tengah. Nanti kita lihat hasilnya, mungkin setelah 10 hari proses uji lab, sudah tahu hasilnya. Mereka prorfesional dan ahli di bidangnya," kata Komisioner Komnas HAM Hafid Abbas kepada wartawan, Minggu (3/4/2016).

Otopsi dipimpin oleh dr Gatot Suharto dari Majelis Pembina Kesehatan Umum dan Pelayanan Sosial DPW Jawa Tengah dan dosen Universitas Diponegoro, Semarang.

Terkait adanya penolakan dari warga terhadap otopsi tersebut, Hafid menegaskan bahwa proses otopsi merupakan bukti Indonesia adalah negara demokrasi. (tim)

Lihat juga video 'Pastor Sindir Kiai Poligami, Ini Respon Cerdas dan Jenaka KH A Hasyim Muzadi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO