JIAD Jatim: Tangkap Aktor Intelektual Bom Bunuh Diri di Gereja Medan

JIAD Jatim: Tangkap Aktor Intelektual Bom Bunuh Diri di Gereja Medan Pelaku aksi teror bom bunuh diri di Gereja Santo Yoseph, Jalan dr. Mansyur, Medan, Sumatera Utara, berhasil diamankan, Minggu (28/8).

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Aksi percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yusuf Medan, Minggu (28/8) kemarin menuai kecaman dari Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) Jatim. Aparat kepolisian didesak segera menangkap aktor intelektual peristiwa tersebut.

Aan Anshori, Koordinator JIAD Jatim mengatakan, aksi percobaan bom bunuh diri yang dilakukan Ivan Armadi Hasugian (18) terhadap Pastur Alberth saat memimpin misa di Gereja Katolik Santo Yosef Medan merupakan luka kedua setelah beberapa saat lalu sekelompok warga merusak puluhan vihara dan gedung milik orang Tionghoa di Tanjung Balai Medan.

Aksi bom bunuh diri tersebut, lanjut Aan, dengan sasaran gereja memantik kembali memori historik bangsa ini enam belas tahun lalu. Sebuah bom meledak saat natal di Gereja Eben Haezer Mojokerto dan menewaskan Riyanto, anggota Banser NU yang ikut mengamankan gereja tersebut.

"Atas aksi gagal bom bunuh diri di Medan ini kami menyatakan keprihatinan mendalam atas aksi tersebut. Kami juga mengecam aksi kekerasan tersebut dan meminta aparat hukum segera menangkap aktor intelektual dibalik serangan tersebut," kata dia.

JIAD berpandangan ada eskalasi aksi intoleransi dan kekerasan terhadap kelompok minoritas agama, utamanya non-muslim. Dalam medio 2004-2010 terdapat 4.244 rumah ibadah -sebagian besar gereja- mengalami pengrusakan. Survey Wahid Institute yang dirilis awal Agustus lalu -sebagaimana dilansir Kantor Berita Radio 68H Jakarta- memperkirakan 0,4% (atau setara 500.000) penduduk Indonesia pernah melakukan aksi radikalisme. Juga, diperkirakan ada potensi 11 juta orang siap melakukan aksi radikalisme.

"Makanya kami mendesak Pemerintahan Jokowi untuk tidak menganggap enteng problem intoleransi dan radikalisme agama," tegas dia.

Aan juga mendorong organisasi moderat Islam -utamanya NU dan Muhammadiyyah- agar terus mengambil inisiatif melakukan dialog antariman secara substantif, dan ikut serta mengkampanyekan Islam ramah dan toleran bagi Indonesia. (rom/ns)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO