​ Tradisi Ilmiah di Bulan Suci

oleh:

Asmawi Mahfudz

Pengasuh PP Al-Kamal Kunir Wonodadi Blitar, dan Pengajar IAIN Tulungagung

Akhir-akhir ini, di beberapa daerah di Indonesia, telah tumbuh subur lembaga-lembaga kajian keagamaan, mulai majlis pengajian ibu-ibu majlis ta’lim, ibu-ibu muslimat, jama’ah pengajian yasinan, jam’iyah dzikir dan istighosah, jam’iyah sholawatan dan lain sebagainya. Klub-klub keagamaan ini biasanya dijalankan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan oleh para anggota jama’ah. Mereka datang ke tempat perkumpulan(majlis) tanpa diundang layaknya acara-acara pertemuan yang lain. Materinya pun juga beragam, ada yang pendalaman membaca al-Qur’an, kajian tafsir al-Qur’an, peningkatan kualitas sholat supaya lebih khusyu’, acara yang mengkhususkan pada dzikir dan sholawatan, atau yang hanya fatwa-fatwa keagamaan dalam rangka memotivasi umat supaya mempunyai akhlaq yang baik atau akhlaqul karimah. Dalam teori dakwah hal ini dinamakan dengan amar ma’ruf nahi mungkar yang memang sangat diperintahkan oleh Islam.

Seperti apa yang telah dilakukan oleh penulis, mewarisi turast () yang ditingglkan oleh orang tua,sejak tahun 80-an mengadakan pengajian tafsir jalalayn di pondok pesantren al-Kamal. Majlis ini biasanya dilakukan tiap malam Sabtu setelah jama’ah shalat Isya’. Sejak tahun tersebut para masyarakat di sekitar Kunir mendapatkan pemahaman tentang tafsir-tafsir al-Qur’an, yang merujuk kepada kitab tafsir Jalalayn. Sebuah buku tafsir karangan imam Jalaludin al-Suyuti dan Jalal al-Din al-Mahali. Dua ulama tafsir terkemuka dalam madhhab Syafi’I, yang banyak dikaji di pesantren-pesantren Indonesia. Tiap malam sabtu masyarakat berantusias untuk mengikutinya, baik dilakukan oleh orang-orang tua, para pemuda dan pemudi, maupun oleh orang-orang yang sudah lanjut usia. Mereka dengan rajin dan khusyu’ mengikuti pengajian yang disampaikan dengan metode bandongan dan dialeg tersebut.

Fenomena majlis ta’lim ini menunjukkan, masyarakat kita sebenarnya mempunyai i’tikad untuk mendalami ajaran agama Islam secara rasional dan ilmiyah. Artinya dengan mengaji kitab tafsir para pengikut pengajian mempunyai referensi yang luas dalam memahami ajaran-ajaran inti Islam berdasarkan sumbernya yang otentik yaitu al-Qur’an. Walaupun dalam mengikutinya kadang diselingi dengan guyonan, ngantuk, dan kelihatan ndeso. Tetapi ini sebuah kegiatan yang patut diapresiasi oleh semua pihak. Baik oleh pemerintah, masyarakat secara umum dan oleh mereka-mereka yang belum mempunyai niat untuk mengaji tafsir al-Qur’an. Bagaimana majlis tafsir yang sudah ada itu, lebih luas efectnya dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan umat secara luas. Tidak hanya terbatas oleh orang-orang deso, orang-orang yang telah mapan dalam pemahaman ajaran Islam, tetapi para perangkat desa, tokoh masyarakat juga bisa memberikan motivasi, tauladan yang baik agar Islam ini lebih membumi di daerah kita masing-masing, dengan adanya kajian ilmiah keagamaan semacam itu.

Juga dalam diri masyarakat kita, nampaknya terdapat semacam shifting paradigm(perubahan paradigma) dalam memahami ajaran Islam. Dulu ketika masyarakat masih mempunyai pola hidup sederhana, mereka mendapatkan ajaran agama dengan jalan taqlid kepada guru-guru mereka, kyai mereka tanpa reserve. Nampaknya sekarang mereka menginginkan ajaran agama mereka terima dan pahami dengan berdasarkan rasionalisasi atau logika yang dapat diterima oleh nalar mereka. Hal ini sudah di signyalir oleh Nabi Saw: khatibu al-nasa bi qadri uqulihim (sampaikan ajaran Islam ini kepada manusia lain sesuai dengan kadar kemampuan akal mereka). Artinya ketika masyarakat masih berpola sederhana, onal, maka ajaran Islam disampaikan dengan penjelasan yang sederhana pula. Tetapi ketika masyarakat Islam kita sudah berubah menjadi masyarakat yang mempunyai kultur atau budaya yang maju, maka islam juga harus disampaikan dengan logika-logika masyarakat maju atau modern, sehingga Islam akan selalu menemukan relevansinya di setiap waktu dan keadaan(shalihun li kulli zaman wa makan) .

Lihat juga video 'Belajar dari Kisah Nabi Isa, Warga di Sumenep Doa Bersama Tiup Kepala Kambing':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO