Kekeringan Landa 16 Desa di Kabupaten Blitar, BPBD Dropping Air Bersih

Kekeringan Landa 16 Desa di Kabupaten Blitar, BPBD Dropping Air Bersih Sejumlah warga antre mendapatkan air bersih yang didistribusikan BPBD Kabupaten Blitar dibantu sejumlah petugas kepolisian. foto: AKINA/ BANGSAONLINE

BLITAR, BANGSAONLINE.com - Dampak kemarau mengakibatkan sedikitnya 16 desa di wilayah selatan Kabupaten mulai dilanda kekeringan. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten , dalam dua bulan terakhir, warga 16 desa yang tersebar di lima kecamatan di antaranya Wates, Binangun, Panggungrejo, Bakung, dan Wonotirto mulai kesulitan mendapatkan air.

Diungkapkan Bupati , Rijanto, untuk mengatasi dampak kekeringan itu, pihaknya mulai melakukan dropping air bersih ke desa-desa yang mengalami kekeringan. Utamanya desa yang tahun ini terdampak kekeringan cukup parah, yaitu Desa Ngeni, Kecamatan Wonotirto.

Di daerah tersebut,  saat ini sumur dan mata air yang biasanya digunakan sebagai sumber air sudah mulai mengering. Sehingga warga harus mengantre mendapatkan air bersih untuk kebutuhan konsumsi dari satu-satunya sumber air yang ada di sana.

"Saat ini adalah puncak musim kemarau, untuk itu kita dibantu dari petugas Polres dan BPBD melakukan dropping air bersih untuk kebutuhan warga yang membutuhkan. Sebenarnya ada 16 desa di Kabupaten yang terdampak kekeringan. Namun yang pertama kita dropping di desa yang dampaknya paling parah," jelas Rijanto kepada wartawan, Kamis (7/9).

Rijanto menambahkan, setiap harinya BPBD Kabupaten akan mengirimkan dropping air bersih sebanyak tiga tangki atau 15 ribu liter untuk satu desa. Namun pihaknya belum bisa memprediksikan hingga kapan bencana kekeringan terjadi di wilayah Selatan utamanya. "Dropping kita lakukan bergantian di semua desa yang mengalami dampak kemarau," jelasnya.

Dropping air bersih tersebut langsung diserbu warga. Heru salah satu warga yang ikut antre menunggu dropping air bersih mengatakan jika sudah dua bulan terakhir kekurangan air bersih. Untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, ia dan warga lainnya harus antre mengambil air di satu-satunya sumber yang masih memancarkan air yang layak untuk dikonsumsi.

"Kurang lebih sudah dua bulan terakhir, setiap hari harus mengambil air ke sumber dengan menggunakan jerigen. Itupun paling banyak hanya dua jerigen karena warga yang antre banyak," ungkap Heru salah satu warga.

Untuk diketahui, lima kecamatan tersebut sering terkena bencana kekeringan karena berada di daerah pegunungan kapur. Setiap musim kering, daerah tersebut selalu mengalami krisis air sehingga selalu memerlukan bantuan suplai air dari pemerintah. (blt1/tri/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Ikuti Google Maps, Mobil Pikap di Blitar Dilewatkan Jembatan Bambu, Nyaris Terporosok':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO