Terancam Ambrol Akibat Gerusan Air Sungai, Siswa SD di Nganjuk Diungsikan ke Balai Dusun

Terancam Ambrol Akibat Gerusan Air Sungai, Siswa SD di Nganjuk Diungsikan ke Balai Dusun Kondisi bangunan SDN Banaran Kulon III menggantung akibat erosi oleh sungai Dawuhan. (Soewandito/BangsaOnline.com)

NGANJUK (BangsaOnline) - Memprihatinkan, kondisi itulah yang tepat untuk menggambarkan SDN Banaran Kulon III yang berlokasi di Dusun Tempuran, Desa Banaran Kulon, Kecamatan Bagor. Selain membahayakan siswa sekolah, kondisi pondasinya juga menggantung akibat gerusan air sungai yang berada di belakang sekolahan. Akibat gerusan Sungai Dawuhan tersebut kondisi tembok juga terlihat miring.

Beberapa bagian terlihat retak-retak. Diperkirakan, kondisi pondasi bangunan yang sudah menggantung menyebabkan ruang kelas lainnya ikut retak. Termasuk beberapa keramik yang sudah menjadi pecah pecah.

Pihak sekolahan sendiri telah mengajukan proposal permohonan untuk mengatasi masalah ini, tetapi hingga saat ini belum ada penanganan serius dari instansi terkait.

Melihat kondisinya yang sudah mengkhawatirkan, pihak sekolah akhirnya mengambil tindakan dengan memindahkan 47 siswa yang setiap hari menempati ruang kelas 4 dan 5 ke balai dusun setempat agar tetap bisa mengikuti pelajaran dengan tenang.

“Takut kalau sewaktu-waktu bangunan ambrol, mulai besok anak-anak sudah kami pindahkan sementara sambil menunggu ada perhatian dari pemerintah untuk diperbaiki,” ungkap Supardi, salah satu guru.

Menurut guru pendidikan agama Islam itu, sebenarnya kondisi bangunan sudah lama terancam oleh tebing sungai yang terus ambrol. Seingat dia, tebing mulai ambrol sejak tiga tahun lalu. Hanya waktu itu kondisinya tidak begitu mengkawatirkan, pasalnya masih ada sisa tebing sekitar 2 meter dari batas pondasi bangunan. Namun, sekitar seminggu terakhir, kondisi tebing sungai sudah benar-benar mepet pondasi hingga terlihat menggantung.

“Kalau tidak segera diplengseng atau dipasang bronjong, dua ruang kelas ini pasti jebol, karena arus sungai ini arusnya kuat sekali,” jelasnya.

Sementara itu, Gamiran, ketua komite sekolah menyampaikan, sudah beberapa kali berusaha mengajukan proposal ke sejumlah dinas dan desa setempat agar segera diperbaiki tebing sungai yang terus mengancam bangunan sekolah. Namun tidak satupun mendapat perhatian. Di antaranya, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Daerah (Disdikporada) Nganjuk, Dinas Pengairan, Perhutani, dan desa setempat.

Terakhir, pihak desa menjanjikan akan menyumbang bronjong dan batu kali, namun setelah ditunggu sekitar setahun tidak kunjung diperbaiki. Melihat kondisi tersebut, komite sekolah bersama seluruh wali murid berinisiatif untuk mengatasi sendiri dengan menarik iuran tiap wali murid Rp 50 ribu. Hinga terkumpul sekitar Rp 7 juta untuk dibelikan bronjong dan batu kali.

Ashariono, Kepala UPTD TK/SD/PLB Dikpora Kecamatan Bagor mengakui telah menerima usulan dari pihak komite sekolah terkait kondisi bangunan sekolah yang terancam tebing sungai itu. Namun pihaknya kebingungan untuk mencarikan pos anggaran. Pasalnya, hingga saat ini belum ada pos anggaran yang diperuntukkan membangun plengsengan atau bronjong sungai meski menyangkut bangunan sekolah.

“Pos anggaran adanya untuk rehab sekolah, seperti keramik atau plafon,” jelas Ashariyono.

Namun demikian, pihaknya terus berusaha agar bangunan SD Banarkulon III tersebut tidak terancam gerusan tebing sungai.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO