Sepulang dari Muktamar NU, Ini yang Dilakukan Kiai Asep Saifuddin Chalim

Sepulang dari Muktamar NU, Ini yang Dilakukan Kiai Asep Saifuddin Chalim Para santri meletakkan sajadahnya agar diinjak Prof Dr KH Asep Safuddin Chalim, MA, sebagai tabarrukan, di Masjid Raya KH Abdul Chalim Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur, Sabtu (25/12/2021). Foto: MMA/ BANGSAONLINE.com

BANDAR LAMPUNG, BANGSAONLINE.com – Para kiai NU punya cara dan kebiasaan sendiri, seusai menghadiri perhelatan akbar seperti Muktamar ke-34 NU di Lampung. Ada yang santai, ngobrol, untuk menghilangkan penat sambil jagongan dan roko’an. Namun ada pula yang langsung mengintensifkan ibadah karena selama mengikuti Muktamar, waktunya tersita mengikuti sidang, konsolidasi, dan tugas-tugas organisasi yang lain.

Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA juga punya cara dan kebiasaan sendiri. Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur itu justru langsung pulang. 

“Ada Hadits mengatakan, kalau acara sudah selesai, harus segera pulang. Karena di rumah ada keteduhan,” kata kiai miliarder tapi dermawan itu.

Gak istirahat dulu, Kiai? “Kita istirahat di mobil (sambil jalan, red),” katanya.

Ternyata bukan hanya itu alasannya. Yang paling mendorong harus segera pulang, karena ia istiqamah mengajar ngaji para santrinya usai salat Subuh. 

“Saya berada di mana pun, kalau masih bisa pulang, saya pulang untuk mengajar ngaji,” kata sembari mengatakan bahwa ada kepuasan jiwa jika mengajar ngaji ribuan para santrinya.

memang dikenal sebagai pengajar dan pendidik sejati. “Tak ada satu pun santri yang tak tersentuh pengajian saya,” kata .

Rombongan pun langsung mengemas barang-barang bawaannya. Saat itu sekitar pukul 10.45, Jumat (24/12/2021). dan rombongannya pulang lewat jalur darat. Naik kapal seperti umumnya para muktamirin.

Dari kapal, dan rombongan langsung melaju menuju Pacet Mojokerto Jawa Timur. Tentu melewati Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah lebih dulu, sebelum ke Jawa Timur.

dan rombongan beberapa kali berhenti di rest area. Selain untuk salat juga makan ala kadarnya. 

(Para santri PP Pacet Mojokerto saat mengikuti pengajian Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, di Masjid Raya KH Abdul Chalim, Pacet Mojokerto, Sabtu (24/12/2021). Foto: MMA/ BANGSAONLINE.COM)

Sekitar pukul tiga malam, dan rombonga kembali berhenti di rest area. dan rombongan, selain salat jamak qashar maghrib dan isya’, juga salat malam. Setelah itu, dan rombonga melanjutkan perjalanan lagi.

Di tengah perjalanan, saat memasuki Jawa Timur, menelepon para pengurus pesantren di Pacet Mojokerto. Ia minta ribuan santri yang sudah berada di dalam masjid menunggu kehadirannya. 

“Nanti saya yang mengimami,” kata lewat telepon.

Para santri itu berada di dalam Masjid Raya KH Abdul Chalim Pesantren sudah bangun sejak pukul 3 malam. Mereka salat hajat dan witir, disamping membaca al-Quran.

tiba di masjid KH Abdul Chalim sekitar pukul 4 pagi (Sabtu/25/12/2021). Masjid besar dan luas itu penuh santri berpakaian serba putih. Bahkan para santri itu meluber ke luar masjid.

Sambil mengejar waktu, mengajak wartawan HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, M Mas’ud Adnan, berwudlu di dekat pengimaman. 

“Kita wudlu di dekat pengimaman,” ajak kepada Mas’ud Adnan yang ikut serta ke Muktamar ke-34 NU di Lampung.

Di sebelah kiri pengimaman memang ada tempat wudlu – atau kamar mandi – cukup besar. Bahkan juga ada kamar istirahat lengkap dengan kasur yang disiapkan untuk para imam, khatib, dan tamu khusus.

Usai wudlu, salat raka’atul fajri persis di depan kamar mandi itu. Sehingga begitu keluar ke pengimaman, bisa langsung mengimami salat Subuh, di depan para santrinya yang sudah lama menunggu di dalam masjid.

(Para santri Pacet Mojokerto saat mengikuti pengajian Kitab Mukhtarul Ahadits) yang dibaca Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Foto: MMA/ BANGSAONLINE.com)

Usai mengimami salat subuh dan dzikir, langsung membuka kitab Muchtarul Ahadits (Hadits-Hadits pilihan) yang sudah disiapkan para santrinya. Beberapa santri berebut meletakkan sajadahnya menjadi alas kaki sang kiai.

Ribuan santri yang berada di dalam masjid itu pun menyimak dengan serius.

Para santri putra berada di lantai bawah. Sedang para santri putri berada di lantai atas masjid. Namun di luar masjid juga banyak santri yang menghampar karpet dan sajadah karena di dalam masjid sudah full.

membaca Hadits secara runtut. Artinya, per halaman. Saat itu kebetulan Hadits yang dibaca menyangkut perzinahan. langsung mengingatkan para santrinya agar jangan sampai terjerumus perzinahan. “Semua para santri harus mendengarkan Hadits ini. ” kata .

Dalam Hadist itu disebutkan bahwa siapa pun yang menzinahi orang, maka kelak keturunannya atau keluarganya akan dizinahi orang, meski berada di dalam tembok (bertempat tinggal di rumah tembok). 

"Wanau’dzubillah,” kata .

Karena itu, mengaku memberi syarat berat bagi alumni Pondok Pesantren yang melanjutkan studi ke Eropa dan Amerika.

“Salatnya harus 50 rakaat agar terhindar dari maksiat,” katanya. Yaitu terdiri dari salat rawatib (5 waktu), salat sunah qabliah (sebelum salat 5 waktu), salat sunnah ba’diah (salat sunnah seusai salat 5 rawatib), salat malam dan seterusnya.

Selain itu harus masak sendiri agar tak tercampur daging babi atau makanan haram lainnya.

“Saya waktu di Lampung mendapat pengaduan dari alumni kita yang kuliah di Rusia. Katanya teman-teman kuliahnya (bukan alumni ) banyak yang pergi ke night club. Saya diminta untuk memberikan nasehat,” kata .

mengakhiri pengajiannya setelah membaca beberapa Hadits.

Saat mau meninggalkan masjid, ada pemandangan menarik. Para santri, selain berdiri, juga meletakkan sajadah di sepanjang jalan yang akan dilewati .

Untuk apa? Agar sajadah itu diinjak atau dilewati oleh . Tabarrukan. Berharap barakah. Dalam tradisi pesantren, barakah berarti terus bertambahnya kebaikan.

Usai memberi pengajian ribuan santrinya, tidak langsung istirahat. Tapi meluncur ke Institut KH Abdul Chalim yang jaraknya sekitar 2 Km, Di masjid kampus KH Abdul Chalim yang diresmikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa itu, sejumlah mahasiswa telah menunggu. 

Di depan para mahasiswa-mahasiswi ini juga membaca kitab Muchtarul Ahadits.

Di sela-sela membaca Hadist, juga menyampaikan informasi tentang realitas sosial. Termasuk Muktamar ke-34 NU di Lampung.

“Orang memilih uang haram yang jumlahnya lebih banyak, daripada uang sedikit tapi halal,” katanya.

Setelah membaca beberapa Hadits, beranjak pergi.

Lagi-lagi, tidak istirahat seusai memberikan pengajian. bahkan langsung meluncur ke Surabaya. Pagi itu juga. Saat itu jam menunjukkan pukul 7 pagi.

“Kita sarapan dulu,” katanya sembari masuk ke lokasi Madrasah Unggulan Hikmatul Amanah yang muridnya mencapai ribuan tapi digratiskan.

“Semua SPP, makan siang dan antar jemput, gratis,” kata . Gedung Madrasah Unggulan Hikmatul Amanah ini bersebelahan dengan kampus Institut KH Abdul Chalim.

Di kantin Madrasah Unggulan Hikmatul Amanah itulah kami sarapan. Menunya sangat sederhana. Tahu tempe dan ayam goreng. Plus kuah atau sayur sop.

Usai sarapan pagi, yang dikenal kaya raya tapi dermawan itu langsung meluncur ke Surabaya. Yaitu ke Pondok Pesantren yang terletak di Jalan Siwalankerto Utara Surabaya. 

"Di sana saya juga akan memberikan pengajian," katanya. Di pesantren ini punya 2.000 santri. Sedang di Paccet Mojokerto mencapai 10.000 santri. (mma)

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO