​Cak Imin Remehkan Ketum PBNU karena Setara, Gus Yahya Bukan Kiai Kharismatik? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Cak Imin Remehkan Ketum PBNU karena Setara, Gus Yahya Bukan Kiai Kharismatik?

Editor: MMA
Kamis, 12 Mei 2022 18:47 WIB

A Muhaimin Iskandar. Foto: Kompas

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Cak Imin bukan politisi kemarin sore. Putra Kiai Iskandar itu pasti sudah paham betul konsekuensi semua manuver politiknya. Termasuk pernyataan kontorversialnya yang meremehkan Ketua Umum KH Yahya Cholil Staquf ().

Seperti diberitakan BANGSONLINE.com, Cak Imin berpendapat bahwa Yahya berbicara apa saja tentang tak akan berpengaruh.

“Bahkan, Yahya Cholil Ketum ngomong apa aja terhadap , enggak ngaruh sama sekali," kata Muhaimin Iskandar dalam acara "Ngabuburit Bersama Tokoh" CNN Indonesia TV, Ahad (1/5/2022).

Politisi bernama lengkap Abdul Muhaimin Iskandar itu mengatakan, semua lembaga survei menyebutkan bahwa 13 juta pemilih loyal, solid sampai ke bawah. Tak perlu ada ketergantungan pada NU, apalagi .

Cak Imin pasti sudah mengukur kapasitas dan ketokohan Gus . Bahkan bisa jadi Cak Imin menganggap dirinya lebih punya kapasitas dan lebih tokoh ketimbang .

Bukankah Cak Imin dan sepantaran, seusia dan setara yang sama-sama kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM). Bedanya, Cak Imin lulus dan bergelar sarjana Fisipol UGM. Sedang Yahya tak sampai lulus sehingga tak bergelar sarjana.

Gara-gara tak bergelar sarjana itulah pencalonan sebagai ketua umum dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung sempat menjadi gunjingan.

(KH . Foto: ist)

Tokok NU Andi Jamaro Dulung, misalnya, mengatakan NU sebagai organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia idealnya dipimpin seorang intelektual bergelar profesor doktor. Menurut tokoh NU asal Bugis itu, pernyataannya itu tidak berlebihan mengingat dari sekitar 100 juta warga nahdliyin, tak sedikit yang punya gelar akademik tinggi.

“Wong ketua-ketua wilayah dan cabang saja sudah pada profesor, masak ketua umumnya malah enggak jelas,” kata Andi Jamaro Dulung saat dikonfirmasi Tempo, Rabu, 22 Desember 2021. Namun ia membantah menyindir .

Andi Jamaro juga mengatakan bahwa membawahi 47 perguruan tinggi yang didalamnya banyak intelektual-intelektual mumpuni. Sehingga, kata Andi, realistis bila ia mendukung calon ketua umum yang bergelar profesor doktor.

Andi tak memungkiri bahwa pada Muktamar 34 di Lampung ini ia condong pada Said Aqil Siroj. “Karena NU itu punya banyak kampus, maka harus dipimpin oleh orang yang ngerti SKS dan prodi. Kalau enggak pernah lulus perguruan tinggi, enggak bisa itu,” kata dia.

Prof Dr Hotman Siahaan, yang juga senior di jurusan Sosiologi UGM, mengakui bahwa yuniornya itu tak sempat merampungkan kuliah.

(Andi Jamaro Dulung. Foto: beritamoneter.com)

Guru Besar Fisip Universitas Airlangga (Unair) itu mengungkapkan, ketika itu Yahya tinggal mengerjakan skripsi saja. “Tapi terus ditinggal studi ke Mesir atau ke Arab gitu lho, sehingga tidak sempat selesai,” kata Hotman.

Bagi Hotman, gelar akademik tidak menjamin seuatu, apalagi di era seperti sekarang ini. Yang seharusnya dilihat justru kiprah intelektualnya ketimbang mempermasalahkan gelar. Dan ia menilai punya kemampuan mengelola sebuah organisasi besar.

Hotman mengatakan saat ini berderet-deret intelektual bergelar profesor doktor. Yang bergelar guru besar pun berseliweran. Namun banyak yang jejak rekam kiprah intelektualnya belum terlalu memuaskan. “Pengetahuan dan ilmu luar biasa, itu yang menurut saya lebih penting dari sekedar gelar,” kata Hotman.

Lalu apa persamaan dan perbedaan lain Cak Imin dengan ? Cak Imin aktif di PMII. Yaitu organisasi mahasiswa Islam yang dilahirkan NU. Sedang aktif di HMI. Yaitu organisasi mahasiswa Islam yang didirikan oleh para tokoh yang bervisi keagamaan Muhammadiyah.

Lafran Pane, salah satu pendiri utama HMI, sejak kecil nyantri di Pesantren Muhammadiyah Sipirok. Kemudian melanjutkan ke HIS Muhammadiyah.

Sementara para pengurus NU - mulai dari tingkat ranting (terbawah) hingga - memang kader PMII. Karena itu terpilihnya sebagai ketua umum merupakan sejarah luar biasa bagi NU. Apalagi Sekjennya, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), juga kader HMI.

Persamaan dan perbedaan lain Cak Imin dan adalah sama-sama keturunan kiai besar. Cak Imin punya garis kerurunan dari Rais Aam Syurah KH Bisri Syansuri. Begitu juga . Dia keturunan KH Bisri Mustofa, penulis Tafsir Al-Ibriz

Jadi Cak Imin memandang biasa saja. Apalagi Cak Imin tahu betul tentang karakter dan kapasitas para kiai NU. Cak Imin sangat paham: siapa saja kiai yang punya pengaruh dan siapa saja yang menjadi panutan. Bagi Cak Imin Yahya bisa jadi bukanlah sosok kiai kharismatik yang memiliki jamaah dan pengikut fanatik. Karena itu Cak Imin yakin bahwa tak ada pengaruhnya bagi .

Begitu juga tentang kapasitas keilmuan . Cak Imin tahu betul, mengingat dulu sama-sama kuliah di UGM. Lebih-lebih ilmu agamanya.

Dalam pandangan Cak Imin - termasuk tokoh-tokoh NU yang lain - tak bisa disejajarkan dengan Kiai Said Aqil Siroj, apalagi Gus Dur. Dan inilah yang kini banyak jadi sorotan para kiai NU.

Diakui atau tidak, alih generasi dan kepemimpinan dari Kiai Said Aqil ke mengalami penurunan.Baik dalam perspektif keilmuan maupun ketokohan. Termasuk jugadari segi kharisma. 

Dan itulah tampaknya yang membuat Cak Imin meremehkan pengaruh . Karena itu - sekali lagi - tak akan berpengaruh bagi , mau ngomong apa saja tentang .

Itulah keyakinan Cak Imin dalam pernyataan politik kontroversialnya! (mma) 

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video