Tafsir Al-Hijr 88: Hari Buruh, Hari Unjuk 'Kekufuran' | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Hijr 88: Hari Buruh, Hari Unjuk 'Kekufuran'

Editor: Revol
Selasa, 05 Mei 2015 00:31 WIB

Ilustrasi: demo buruh saat peringatan May Day. (foto: fahreenheat.com)

Penulis tidak tahu apakah keluhan itu beralasan atau tidak. Mudah-mudahan tidak ada demo majikan dan para boss menuntut kualitas kerja para buruh.

Sebagai orang beriman yang butuh curahan rahmat Tuhan, tentu berharap hari buruh diperingati sebagai hari "kesyukuran" bukan hari "kekufuran". Bersyukur kepada Tuhan yang masih memberi rejeki lewat memburuh. Berucap terima kasih kepada para pengusaha yang berkenan memberi pekerjaan sehingga keluarga bisa makan. Berucap terima kasih kepada pemerintah yang mengatur ekonomi meski di sana sini ada kekurangan. Bukan hari "kekufuran" yang menafikan rahmat Tuhan dengan hujatan dan tuntutan lebih dan lebih. Demo macam itu sungguh menyinggung perasaan Tuhan dan bisa berakibat rejeki yang didapat tidak berbarakah.

Jika hari buruh diperingati dengan cara bersyukur, kayak kita syukuran pada Maulid Nabi atau setelah panen raya, di mana pemerintah, pengusaha dan sedulur-sedulur kaum buruh duduk tersenyum dalam satu arena, saling mengucap terima kasih atas jasa dan kebaikan masing-masing, saling meminta maaf atas segala kekurangan masing-masing, lalu bertekad memperbaiki diri sesuai kewajiban masing-masing, sungguh Tuhan-pun ikut duduk bersama mereka sembari menabur keberkahan tak terhingga. Itulah janji Tuhan.

"Aku adalah orang ketiga dari dua orang yang menjalin kerja sama, selagi tidak ada kecurangan di antara mereka". 

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video