Hebatnya Jurnalisme The New York Times dalam Tragedi Titan | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Hebatnya Jurnalisme The New York Times dalam Tragedi Titan

Editor: MMA
Kamis, 06 Juli 2023 10:37 WIB

Dahlan Iskan. Foto: istimewa

Semua istilah yang dipakai itu meniru istilah-istilah di misi penerbangan luar angkasa. Jadinya terasa lebih menantang dari sekadar disebut ''menyelam'' dan ''penyelam''.

Di kapal Solar Prince banyak sekali spesialis penyelam. Mereka membantu semua mission specialist dan proses peluncuran kapsul Titan.

Selama empat hari di pelayaran menuju titik 0 itu, Dawood kian mantap. Ia bertemu dengan calon penumpang lainnya yang hebat-hebat. Salah satunya: Paul Henri Nargeolet. Ia sudah lebih 38 kali melakukan ekspedisi ke reruntuhan Titanic. Satunya lagi seorang ahli bidang luar angkasa asal Colorado. Ia adalah Alan Stern. Orang NASA yang ikut terlibat dalam misi ke horizon baru. Yakni bagaimana manusia bisa ke planet Pluto dan Kuiper.

Dawood lebih ingin lagi ikut misi ini. Ia digambarkan seperti anak kecil yang dapat mainan baru. Istrinya yang bilang begitu.

Tanggal 17 Juni, kapal OceanGate tiba di titik 0. Berhenti di situ. Di sebelahnya dihampar rakit terapung. Rakit ini sekaligus jadi landasan untuk peluncuran kapsul Titan.

Jam 07.00, tanggal 18 Juni, adalah saat pemberangkatan. Dawood dan Suleman sudah mengenakan pakaian khusus. Juga mengenakan penutup kepala. Di kedalaman laut nanti sangat dingin.

Suleman turun ke rakit di sebelah kapal. Lincah. Sambil membawa kubus ajaib. Dawood agak kurang lincah. Ia perlu dibantu seseorang untuk turun ke rakit. Chritine, istrinya, melihat adegan itu dari kapal Polar Prince.

Dawood terlihat membawa tustel Nikkon. Terhuyung di atas rakit. Ibu dan putri berdoa agar Dawood tidak terjengkang dan masuk laut.

Dari rakit inilah mereka masuk ke dalam kapsul. Dari bagian belakang. Agak sulit. Seperti masuk ke dalam bagasi mobil SUV dari belakang.

Kapsul itu memang kecil. Panjangnya hanya 6,7 meter. Lebarnya 2,54 meter. Bahkan ruang yang bisa diisi 5 orang itu hanya di bagian tengahnya. Mereka duduk di alas lantai. Sandaran kursi tidak berkaki. Atau sandaran dinding kapsul.

Mereka bisa melihat ke luar lewat 'kaca' depan. Yakni bahan bening terbuat dari akrilik. Bahan inilah yang kelak akan diputuskan apakah sebagai penyebab gepreknya Titan. Atau yang lain: campuran baja yang terdiri dari karbon dan ium yang kurang sempurna. Atau baut-baut. Atau pipa oksigen. Atau apa pun.

Setelah lima orang itu masuk kapsul, petugas di atas rakit menutup pintu belakang kapsul itu. Semua mur-bautnya dipasang. Dikencangkan.

Kapsul Titan pun diluncurkan ke dalam laut. Menimbulkan riak kecil. Christine, wanita kulit putih asal Jerman, melihatnya dari kapal. Bersama Alina. Itulah pandangan terakhir mereka atas Dawood dan Suleman.

Harusnya, dua setengah jam kemudian kapsul itu sampai ke dasar laut. Ke reruntuhan Titanic.

Christine dan Alina terus menunggu di kapal. Dengan harapan, dua hari kemudian akan bertemu Dawood lagi di situ.

Tapi, baru 1,5 jam berlalu, Christine mendengar pembicaraan bahwa kapal Solar Prince itu kehilangan kontak dengan Titan. Itu tidak terlalu mengejutkan. Belum. Pernah juga seperti itu. Antara kapsul dan kapal tidak ada hubungan telepon. Tidak ada GPS pula. Informasi hanya berupa teks lewat gelombang. Yang kadang teks itu ikut timbul tenggelam.

Tapi teks dari Titan itu tidak muncul lagi agak lama. Pun sampai satu jam berikutnya. Dan jam berikutnya. Padahal, menurut protokol OceanGate, begitu hubungan putus selama 1 jam misi harus dibatalkan.

Caranya: pemberat yang ada di Titan dilepas. Ada pemberat yang dipasang di Titan. Yakni untuk mempercepat tiba di dasar laut. Setelah pemberat dilepaskan, Titan berusaha mengapung. Yakni mengarahkan Titan ke permukaan laut lewat mesin pendorong elektrik.

Ketika kehilangan kontak itu proses penyelaman baru 1,45 jam. Berarti belum sampai ke Titanic. Masih satu jam lagi.

Setelah empat jam tidak juga ada hubungan teks, Command Central menghubungi pusat-pusat pencarian bawah laut. Termasuk ke angkatan laut .

Pencarian dilakukan. Christine mengatakan ke NYT ia sering lama memandang ke segala arah laut. Siapa tahu kapsul tiba-tiba menyembul di arah sana.

Yang ditunggu tidak pernah menyembul. Pada hari keempat dipastikan Titan telah geprek. Serpihannya ditemukan.

Dawood dan anaknya tergeprek di Titan. Bersama kubus ajaib dan kamera Nikon-nya.

Saya mengagumi liputan NYT. Meski baru berhasil lebih 10 hari dari kejadian, ceritanya tetap menarik. Media dunia pun banyak mengutip NYT, termasuk tulisan saya ini.

NYT telah bersusah payah mendapatkan cerita itu. Penghargaan pada kerja jurnalistik serius seperti itu sering kalah dengan munculnya kebenaran baru. (Dahlan Iskan)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video