M. Tabrani, Wartawan Asal Madura yang Ditetapkan sebagai Pahlawan juga Warga NU
Editor: M Mas'ud Adnan
Sabtu, 11 November 2023 15:02 WIB
JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Sebanyak 6 tokoh nasional ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Diantaranya Mohammad Tabrani Soerjowitjirto yang populer dengan nama M. Tabrani. Pria asal Pamekasan Madura itu berprofesi sebagai wartawan atau jurnalis.
“Ayah saya lebih banyak sebagai wartawan,” kata Dr Ami Primarni, putri M. Tabrani, saat tasyakuran di Kantor Badan Penghubung Daerah (Bapengda) Pemprov Jawa Timur Jalan Pasuruan 16-20 Jakarta Pusat, Jumat (10/11/2023).
BACA JUGA:
Pemuda Shiddiqiyyah Bangun Rumah Syukur Layak Huni untuk Warga Ngawi
Keren! Nama Kiai Pendiri NU Diusulkan Jadi Nama Bandara Internasional Jawa Barat
Usulkan Kiai Sholeh Darat Pahlawan Nasional, Guru Besar dan Kiai Semarang Sowan Kiai Asep
Keluarga Pejuang, Pahlawan, Pendiri NU, Malam Ini Puncak Haul ke-14 Gus Dur di Pesantren Tebuireng
Dalam acara tasyakuran itu Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyajikan dua tumpeng. Satu tumpeng untuk M. Tabrani. Satunya lagi untuk KH Abdul Chalim, ayahanda Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, yang juga ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Pantauan BANGSAONLINE, di lobbi Bapengda Pemprov Jatim juga dipajang foto Kiai Abdul Chalim dan M. Tabrani.
Ami Primarni juga bercerita bahwa kiprah dan perjuangan M. Tabrani dalam kemerdekaan RI juga kapasitas sebagai wartawan.
Yang menarik, di depan Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, Ami Primarni juga mengatakan bahwa ayahnya, M. Tabrani juga warga NU. “Keluarga kami banyak yang NU,” kata putri bungsu M. Tabrani yang berprofesi sebagai dosen.
Seperti diberitakan BANGSAONLINE, salah satu jasa menonjol M. Tabrani terhadap bangsa dan negara Indonesia adalah gagasannya tentang Kongres Pemuda. Pejuang yang alumnus University of Cologne Jerman itu dikenal sebagai penggagas Kongres Pemuda yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda.
Tabrani juga penggagas bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Gagasan Tabrani ini berbeda dengan pendapat Moh. Yamin yang mengusulkan bahasa persatuan adalah bahasa Melayu.
Dan – seperti kita ketahui – pendapat M. Tabrani yang diterima para pemuda. Sehingga narasi dalam Sumpah Pemuda termaktub: “Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”