Penghafal Al-Quran itu Selalu Menangis, Kenapa? Tafsir Al-Quran Aktual HARIAN BANGSA | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Penghafal Al-Quran itu Selalu Menangis, Kenapa? Tafsir Al-Quran Aktual HARIAN BANGSA

Editor: MMA
Jumat, 01 Desember 2023 07:32 WIB

Dr. KH Ahmad Musta'in Syafi'i. Foto: dok Tebuireng Online

Alasannya, karena bahasa majazi itu ambiguitas, bersayap dan punya banyak makna sehingga bisa menjebak pembaca ke salah pengertian. Dan begitu itu sama dengan bentuk kebohongan, “al-kadzib”. Mereka berujar “ al-majaz akh al-kadzib”. Bahasa majazi itu sesaudara dengan bahasa kebohongan. Dan ulama ahli dhahir, semisal al-Imam Dawud, Ibn Hazm adalah sponsor pandangan ini.

Di Arab, suatu ketika ada seorang ulama yang berpola pikir dhahiri kuat sekali dan diorasikan dengan semangat tinggi di hadapan publik. Beberapa ayat yang dipahami sebagai bahasa majaz oleh ulama sunny ditafsir sesuasi dasar pemikiran mereka. Dan, kiai ini ketepatan buta penglihatannya, sehingga pakai kaca mata.

Lalu, berdirilah seorang pendengar dan mengajukan permohonan agar ayat nomor 72 surah al-Isra’ ini dimaknai. Dia baca ayat itu: “Wa man kan fi hadzihi a’ma fahuw fi al-akhirah a’ma wa adlall sabila”. Barang siapa yang di dunia ini “a’ma” (buta), maka di akhirat nanti dia juga “a’ma” (buta) dan sesat banget. Si kiai buta itu langsung pucat dan segera ngluyur meninggalkan tempat.

PENGHAFAL AL-QUR’AN ITU MENANGIS

Ayat kaji di atas (126) bertutur tentang orang yang buta di akhirat karena saat di dunia membutakan diri dan mengingkari ayat-ayat Tuhan. Tidak mengimani al-Qur’an serta tidak pula memeluk agama Islam secara sungguhan. Itulah makna yang umum terambil dari teks ayat tersebut.

Namun ayat tersebut menggunakan kata “ayatuna” (ayat-ayat Kami) dan kata “fanasitaha” (maka kamu melupakannya). Jadinya, kata “ayatuna” dipahami sebagai ayat-ayat al-Qur’an yang sudah dia hafal, dan kata “fanasitaha” dipahami sebagai “ telah anda lupakan.

Sehingga wajarlah bila ayat ini juga dipahami sebagai sindiran, bahkan sekaligus warning, peringatan keras khusus kepada para penghafal al-Qur’an yang sudah hafal dan tidak menjaga hafalannya secara baik, sehingga banyak ayat-ayat yang lupa.

Tersebutlah di sono seorang yang hafal al-Qur’an, tetapi hafalannya kurang bagus, alias beberapa ayat ada yang dilupakan. Hatinya lembut dan sensitif terhadap pesan-pesan kalam suci. Setiap kali membaca ayat ini, dia meneteskan air mata dan menangis tersedu-sedu.

Dengan suara lirih dia bersimpuh dan meminta perlindungan kepada Tuhan dari ancaman ayat ini. Ia mohon diberi istiqamah menjaga hafalan al-Qur’an. Mohon setiap saat, baik di dunia maupun di akhirat nanti bisa selalu bersama al-Qur’an. “ Allahumma ma’al-Qur’an”. Amin.  

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video