Shalat dan Rezeki, Tafsir Al-Quran Aktual HARIAN BANGSA | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Shalat dan Rezeki, Tafsir Al-Quran Aktual HARIAN BANGSA

Editor: MMA
Selasa, 05 Desember 2023 11:08 WIB

Dr KH Ahmad Musta'in Syafi'i. Foto: Tebuireng Online

Hari gini, gadget, ponsel, hampir semua anggota keluarga punya sendiri-sendiri. Sudah bersama-sama pergi ke restoran untuk makan bersama. Naik mobil bersama dan duduk dalam satu meja. Setelah pesan makanan sesuai selera masing-masing dan mereka punya waktu selama mununggu pesanan.

Eh.. masing-masing membuka ponselnya sendiri-sendiri dan berkomunikasi, menyapa, memperhatikan orang lain “yang tidak ada”. Tersenyum sendiri, tertawa dan seterusnya. Keluarga yang sudah di depan tidak tersapa sama sekali.

Subhanallah, padahal saat itu sangat bagus dimanfaatkan untuk saling berbincang- bincang.

“La nas’aluk rizqa, nahn narzuquk”. Aku tidak memintamu rezeki, justeru Aku yang memberi rezeki kepada kamu. Begitu pernyataan Tuhan terhadap kita saat Dia memerintahkan kita agar disiplin mendidik keluarga mengerjakan shalat.

Lalu apa hubungan perintah shalat dengan rezeki?

Tidak dipungkiri, bahwa keakraban kepala keluarga dengan anak dan istri zaman sekarang tidaklah berjalan mulus, mengingat banyaknya gangguan, seperti pekerjaan yang menghabiskan waktu, sehingga waktu bercengkerama dengan mereka sangat minim.

Celakanya, andai sang ayah dikritik soal minimnya waktu untuk anak, biasanya bersungut-sungut dan tidak terima. “Saya bekerja siang malam, cari makan, banting tulang untuk siapa... Semua itu untuk keluarga, untuk anak. Bukan kepentingan saya sendiri..dan seterusnya.” Jarang sekali yang insyaf dan menyadari.

Bapak model begini ini lupa, bahwa anaknya itu berupa manusia, bukan kambing dan bukan ayam. Anak manusia itu tidak cukup sekedar diberi makan dan selesai seperti hewan. Anak ayam ditaruh di kotak, diberi makan, minum dan penghangat listrik, cukup. Bisa sehat dan gemuk-gemuk.

Itu betul, tapi anak manusia tidak cukup hanya dengan diberi makan, minum dan fasilitas materi saja. Anak manusia adalah makhluq Tuhan yang paling sempurna, paling mulia, paling bermartabat, sehingga kebutuhannya lebih sekedar materi. Justeru sapaan, pendidikan, sentuhan kasih sayang paling dibutuhkan.

Ayat kaji ini memberi teguran sekaligus jaminan, bahwa rezeki itu mutlak urusan Tuhan, bukan urusan manusia. Seolah Tuhan hendak berkata begini, :”Hai manusia, janganlah kamu habiskan waktumu untuk mencari uang sehingga melalaikan tugas utamamu mengurus ibadah keluarga. 

Percayalah, bahwa rezekimu tidak akan berkurang, jika waktumu, selain untuk bekerja juga untuk ngurus shalat keluarga. Rezeki itu, Akulah yang mengatur, bukan kamu”. “Wa al-‘aqibah li al-taqwa”

Kata “’aqibah” semiripan maknanya dengan kata “akibat” dalam bahasa Indonesia. Hanya saja di dalam al-Quran, kata “aqibah” lebih digunakan untuk akibat yang baik, hasil akhir yang baik. Sedangkan dalam bahasa Arab secara umum, termasuk bahasa keseharian kita bisa dipakai untuk akibat buruk juga. Dan pada penutup ayat ini, aqibah diproyeksikan sebagai imbalan mereka yang bertaqwa.

Itu artinya, bahwa seorang mukmin yang aktif memerintahkan shalat kepada keluarganya, istiqamah dan bersabar, maka selain di dunia rejekinya dijamin bagus juga di akhirat nanti dianugerahi dengan surga dengan segala fasilitasnya. Surga inilah makna nyata dari kata “al-aqibah” tersebut.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video