Muhibah Khofifah di Irak: Napak Tilas Kota Kelahiran Ibrahim di Babilonia
Editor: Novandryo W S
Wartawan: Devi Fitri Afriyanti
Senin, 03 Juni 2024 12:12 WIB
UR, BANGSAONLINE.com - Perjalanan muhibah Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa sampai di Kota Ur.
Sebuah kota di Irak tengah di cabang Sungai Eufrat, 100 km selatan Baghdad. Kota ini di Provinsi Babilonia dan terletak berdekatan dengan kota kuno Babilonia.
BACA JUGA:
Pekerja MPS Tuban Mantap Pilih Khofifah, Gubernur Paling Berpihak pada Industri Padat Karya SKT
Khofifah Hadiri Peringatan Maulid Nabi dan Pelantikan Muslimat NU Tuban
Bersama Cabup Halindra Blusukan ke Pasar Tradisional Tuban, Khofifah Banjir Doa dan Dukungan
Ziarah ke Makam Gubernur Jatim M Noer di Sampang, Cipung Apresiasi Kinerja Khofifah Periode Pertama
Di Kota itu, Nabi Ibrahim diyakini lahir pada 2000 tahun sebelum Masehi (SM). Kota itu terletak di Mesopotamia kuno, salah satu tempat lahirnya peradaban manusia.
Ibnu Katsir melalui kitabnya, Bidayah wa al-Nihayah, menjelaskan, Nabi Ibrahim lahir di Babilonia yang termasuk wilayah Irak.
Dalam riwayat kitab yang sama, Nabi Ibrahim dikenal dengan nama Ibrahim bin Tarikh bin Nuhur bin Sarugh bin Raghu bin Faligh bin ‘Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh alaihissalam.
“Babilonia pada masa itu, merupakan sebuah pusat kebudayaan dan kekuasaan di wilayah Mesopotamia yang kini menjadi bagian dari Irak,” kata Khofifah, Senin (3/6/2024).
Bersama rombongan, Khofifah singgah ke kota tersebut untuk bermuhasabah dan menapak tilas meneladani kisah-kisah dari nabi yang melahirkan banyak keturunan nabi dan rasul termasuk nabi Muhammad SAW.
Di Babilonia tersebut yang diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim didirikan sebuah masjid.
Pasalnya diyakini dalam beberapa riwayat, di sana juga merupakan rumah yang sempat ditinggali Nabi Ibrahim semasa hidupnya.
“Kelahiran Nabi Ibrahim di tengah-tengah peradaban yang maju menjadi landasan bagi peran pentingnya dalam menyebarkan ajaran tauhid. Kelahirannya di Babilonia, membuat Nabi Ibrahim harus berdakwah di dunia yang penuh dengan penyembahan berhala dan menghadapi pemimpin yang zalim,” ujar Khofifah.
Nabi Ibrahim diceritakan dalam Alquran hidup pada zaman Raja Namrud. Pada masa itu, masyarakat Mesopotamia hidup dalam masa jahiliyah, mereka banyak menciptakan patung-patung untuk disembah.
Sedangkan saat itu, Raja Namrud telah memerintah Babilonia selama 400 tahun, dan masa pemerintahannya yang panjang ini membuatnya menjadi sosok yang penuh kesombongan. Bahkan sampai-sampai ia mengklaim dirinya sebagai Tuhan.
“Saat pemerintahan Raja Namrud, Dia pernah bermimpi tentang adanya seorang anak yang akan menggulingkannya dari tahtanya, sehingga dia memerintahkan pembunuhan semua bayi laki-laki yang lahir pada saat itu,” terang Khofifah.
Namun, orang tua Nabi Ibrahim menyembunyikan putranya dalam sebuah gua untuk melindunginya dari ancaman tersebut.