Tafsir Al-Nahl 70: Hindari Pola Hidup Binatang | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Nahl 70: Hindari Pola Hidup Binatang

Selasa, 03 Mei 2016 12:02 WIB

ilustrasi

Sekian tawaran kesehatan di televisi dan di sekitar kita, dari terapi herbalik, akupuntur, akupressure, terapi adem, terapi panas, sengat tawon, batu turmalin, jisamunsen, senam ini, senam itu, jinjit-jinjit, ampet-ampet, pernafasan, yoga dan lain-lain, itu bagus. Semua itu - jangan lupa - harus diniati untuk ibadah. Jangan kalah dengan atlet yang berlatih keras, pelatih handal, dengan jadual dan disiplin ketat, didukung nutrisi, suplemen dan gizi sempurna untuk bisa meraih juara. Sebagai umat beriman, kita berupaya sehat dan beribadah keras untuk menggapai prestasi taqwa.

Memang sudah mendingan bagus, habis makan beducap "al-hamdu lillah", tapi itu baru pernyataan yang masih perlu dibuktikan. Setelah itu apa? Santai seperti binatang atau optimal beribadah layaknya orang beriman?

Ketika Nabi Muhammad SAW disuguhi makanan berupa roti, daging dan susu oleh Abu Ayyub al-Anshari, beliau berkomentar: "Wallahi, hadza huw al-na'im. al-ladzi satus'alunna bih yaum al-qiyamah". Demi Allah, ini adalah kenikmatan kelas atas di mana pasti akan diminta pertanggungjawaban di hari kiamat nanti".

Maksudnya, bukan dilarang mengkonsumsi hidangan enak, bergizi tinggi, melainkan arahan agar memanfaatkan gizi yang telah diperoleh untuk amal bersyukur kepada-Nya. Kiprah bersyukur itu diwujudkan dengan amal ibadah, bukan sebatas ucapan. Di sinilah, maka Rasul mulia itu mengingatkan kepada Abu Ayyub termasuk kepada diri Rasul sendiri, bahwa makanan sehat, makanan enak, bergizi termasuk yang dimintai pertanggungjawaban kelak.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video