Tafsir Al-Nahl 70: Ning Ngaji Kitab di TV9, Mohon Sinau | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Nahl 70: Ning Ngaji Kitab di TV9, Mohon Sinau

Sabtu, 07 Mei 2016 11:46 WIB

Ketiga, terjadi lagi hari Rabu pagi, 16 Maret 2016 kemarin pada pembahasan mubthilat al-shalat. Salah satu yang membatalkan shalat adalah tiga gerakan berurutan, "Tsalats harakat mutawaliyat". Belum sempat dibaca lanjutan kalam pada ta'bir kitab itu, si Ning tergesah-gesah komentar banyak dengan contoh-contoh yang mengganggu pemikiran penulis. Gerakan yang dilarang tersebut dicontohkan dengan membenahi kerudung pakai tangan kanan dan kiri sedemikian rupa, lalu dihitung satu dua tiga dan dihukumi tidak boleh.

Lebih fatal lagi ketika si Ning memberikan contoh dengan menggaruk-garukkan jari pada anggota badan yang dirasa gatal. Pakai tangan kanan, si Ning menggaruk bahu kirinya yang dirasa gatal dengan gerakan garuk jari, satu dua tiga.. dan seterusnya.. "ini tidak boleh". Setelah panjang berkomentar, lalu melanjutkan bacaan yang isinya kriteria atau sifat gerakan yang membatalkan.

Bahasa kitab itu "al-mufrithah". Si Ning memberi makna "kang anyar teko" (baru) yang diterangkan ngelantur. Subhanallah, makna yang benar adalah "kang banget, gerakan ekstrim, gerakan signifikan, gerakan besar, seperti gerakan melangkahkan kaki, pindah tempat, lompat, bisa merusak struktur gerakan shalat, bukan gerakan kecil seperti gerak jari-jemari atau sekedar pergelangan tangan. Sekali lagi, gerakan jari meski banyak tidak membatalkan shalat. Sekedar usulan:

Pertama, Penguasa TV-9 mohon lebih selektif menayangkan acara, utamanya berkaitan dengan agama, ibadah, aturan syari'ah dan sebagainya. Sementara ini, imej publik terhadap TV9, satu sisi bagus karena paling banyak menayangkan acara keislaman, tapi sisi lain paling ngawur dan tidak selektif. Jangan salahkan publik rasan-rasan, "pokoknya bayar, ya tayang". Penceramah yang bondo wani juga masuk, meski materinya tidak mendidik dan muatan ilmunya sangat minim.

Kedua, khusus kiswah ngaji ini, sewajibnya sang pengampu sinau, nderes, mempersiapkan materi yang mau disampaikan secara saksama dan tahqiq, apa bacaan yang benar sesuai kaidah ilmu Sharaf dan ilmu Nahwu, lalu makna apa yang tepat dan sesuai siyaq al-kalam. Satu lafadh bahasa arab bisa punya lebih dari satu makna, maka perlu cerdas memilih makna mana yang cocok. Jangan sekali-sekali mengentengkan, merasa sudah bisa, merasa tak ada yang musykil karena dulu pernah ngaji.

Sekali lagi, pastikan bacaannya, pastikan pilihan maknanya, apa betul itu atau ada bacaan lain atau makna lain?. Siapapun Anda, jika sudah sengaja tampil di hadapan publik, berarti anda sudah memposisikan diri sebagai guru atau mufti yang didengar orang. Fatwa anda dijadikan pedoman umat. Tidak bisa anda berdalih, "masih belajar" karena ranah ini bukan ranah belajar, tapi memberi pelajaran. Ini bukan media kelas santri lagi, melainkan kelas guru, kelas kiai atau bu Nyai. Kiai-kiai sepuh dulu tetap mutahala'ah lebih dulu sebelum tampil mengaji.

Ketiga, sebaiknya membaca kitab itu dibaca dulu ta'birnya secara tuntas, diberi makna dulu hingga kalam sempurna (jumlah mufidah). Baru diterangkan maksudnya. Dengan demikian akan mampu menyajikan pemahanan yang utuh dan benar. Janganlah membaca kitab dengan sepotong kata, lalu komentar, sepontong lalu komentar. Jadinya beresiko kesalahan. Allah memuji hamba-Nya yang terus berusaha memperbaiki diri. Barakallah fik.          

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video