Tafsir Al-Nahl 72: Rejeki Berdatangan Setelah Pernikahan | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Nahl 72: Rejeki Berdatangan Setelah Pernikahan

Rabu, 25 Mei 2016 12:42 WIB

Andai ada beban karena terlalu banyak anak, paling banter soal pangan dan itu pasti teratasi dan ada batas waktunya. Paling saat masih kecil. Begitu sudah dewasa dan mandiri, sering kali orang tua tinggal memetik hasilnya.

Tidak sama dengan penderitaan tidak punya anak. Di rumah, suasana kecut, sepi dan saling berpandangan kosong. Tak kuasa siapa yang harus dipersalahkan dan begitu terus selamanya. Belum lagi saat ketemu teman dan bicara anak, saat ditanya di mana kabar keluarga, saat berkunjung ke keluarga, semisal Idul Fitri, ada resepsi pernikahan dll. Hati yang nyaman karena ada yang kurang. Meski bibir tersenyum, tapi senyuman itu sama sekali tidak bisa menghapus air mata hatinya.

"wa hafadah". Ditambah kenikmatan punya cucu. Tidak semua orang bisa menikmati menjadi kakek atau menjadi nenek. Memang beda antara kenikmatan punya anak dan punya cucu. Yang jelas, kepada cucu itu, si kakek lebih sabar dan lebih sayang. Kepada anak bisa marah, bahkan memukul bila kebangetan nakal, tapi tidak begitu kepada cucu.

Makanya, anak yang sejak kecil diasuh kakeknya bisa berpotensi manja dan kurang baik. Rasulullah SAW dalam beberapa pujian disanjung sebagai kakek. Kakeknya Hasan dan Husen. Ya jadd al-Hasan wa al-Husain.

Setelah itu, Tuhan bertutur soal rejeki. Allah memberi rejeki yang bagus-bagus untuk keluarga itu, "wa razaqakum min al-thayyibat". Dari struktur ayat ini terbacalah, bahwa rejeki itu mengalir sesuai kebutuhan keluarga. Maka janganlah heran bila ada seseorang yang makin bertambah rejekinya, makin kaya setelah punya cucu. Kenikmatan hidupnya, kecukupan rejekinya, keberkahan kekayaannya diperoleh pada usia tua. Barakallah fina.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video