Sumamburat: Memilih yang Paham Iklim | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Sumamburat: Memilih yang Paham Iklim

Editor: Redaksi
Wartawan: -
Rabu, 25 April 2018 00:28 WIB

Suparto Wijoyo.

Kini saya teringat referensi lama karya Matthew W. Kahn (2010), Climatopolis.Berbagai pustaka menunjukkan bahwa mengkonstruksi wilayah sesuai dengan kondisi iklim merupakan opsi utama yang searah dengan pembangunan polis (negara kota) sejak di era Yunani. Pembangunan negarakota inipada mulanya lahir sebagai wadah ajaran demokrasi, yang kini dikembangkan menjadi tipe idel tata kelola kota yang partisipatoris dengan pendekatan ekologis yang lazim disebut Pro Iklim. Model pembangunan ini berumpun dipembangunan berkelanjutan yang mengintegrasikan secara harmonis antara kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan. Sebuah wilayah yang dibangun anti iklim, yakinlah akan terjerumus menuju nekropolitan, yaitu kota kematian bagi warganya.

Dengan memperhatikan konsepsi tersebut, maka penyelenggaraan Pilkada serentak 2018 ini harus menjadi ajang pemilihan kepala daerah yang mengerti tentang iklim daerahnya. Jangan sampai Pilkada nanti memproduksi pemimpin daerah yang kalau di musim penghujan sibuk membenahi jalan, membangun tanggul, membersihkan gorong-gorong, sementara di musim kemarau sibuk menaman, dan rakor dari kantor ke kantor. Ini namanya pembangunan salah mongso, pembangunan yang cacat secara klimatologis.

Ingatlah bahwa pembagian penanganan jalan itu positif menurut skala besaran proyeknya, tetapi naif dalam perawatan dan penganggarannya. Berapa banyak orang yang telah celaka akibat jalan rusak, termasuk kematian yang merenggut dengan konsekuensi ekonomi keluarga yang terguncang. Rata-rata pengendara yang meninggal akibat jalan yang rusak adalah tulang punggung keluarga. Peristiwa ini butuh perhatian komprehensif para pemimpin nasional dan daerah dengan membuat program kerja berbasis iklim. Pola perencanaan pembangunan dan penganggaran yang bervisi klimatopolis saatnya direalisir agar pembangunan tidak selalu keliru cuaca. Kalaulah Pilkada 2018 tidak mengubah haluan pembangunan menurut iklim tropis yang ada, yakinlah seperti disindir oleh Samel C. Florman: plus la change, plus la meme chose – semakin berubah, semakin sama saja, lalu menunggu pilkada berikutnya. Capek rek?

*Dr H Suparto Wijoyo: Pengajar Hukum Lingkungan Fakultas Hukum, Koordinator Magister Sains Hukum dan Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Sekretaris Badan Pertimbangan Fakultas Hukum Universitas Airlangga serta Ketua Pusat Kajian Mitra Otonomi Daerah Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

 

 Tag:   Opini

Berita Terkait

Bangsaonline Video