Tafsir Al-Isra 11: Kanjeng Nabi SAW Pernah Lepas Kontrol | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Isra 11: Kanjeng Nabi SAW Pernah Lepas Kontrol

Editor: Redaksi
Wartawan: --
Selasa, 06 November 2018 10:36 WIB

Ilustrasi

Termasuk diri sendiri adalah keluarga, anak keturunan. Begitu pendapat ibn Abbas R.A. Jadi, sedurhaka apapun dan senakal apapun anak kita, kita tidak boleh berdoa buruk kepadanya. Karena anak adalah darah-daging kita sendiri. Berdoa buruk untuk anak sama dengan berdoa untuk diri sendiri. Kurang apa durhakanya si Kan'an kepada ayahnya, nabi Nuh A.S. Tapi nabi Nuh A.S. tetap bersikap sangat baik, bahkan memprotes Tuhan ketika Tuhan menenggelamkannya hanyut dalam banjir besar.

Kedua, jika seseorang terlanjur berdoa buruk kepada orang lain, apalagi kepada anak sendiri, santri, siswa, maka diperintahkan menarik kembali. Caranya, beristigfarlah sesungguh mungkin, sesalilah doa anda dan memohon kepada Allah agar doa buruk tadi diabaikan, yakni tidak dikabulkan. Lalu gantilah dengan berdoa kebaikan untuk mereka.

Diriwayatkan, bahwa nabi pernah menyerahkan seorang tawanan kepada seorang sahabat agar dijaga baik-baik. Sahabat itu mematuhi, tapi si tawanan kafir tersebut pandai sekali merayu dan mengambil hati. Ngajak gobrol santai semalaman, akhirnya sang sahabat tertidur. Tawanan lari dan lepas. Esok hari, dia lapor ke Rasulullah SAW perihal kaburnya tawanan semalam. Spontan nabi mengutuk. "… terkutuklah kedua tanganmu".

Sahabat itu gelisah banget dan tidak bisa tidur membayangkan apa yang bakal terjadi atas dirinya terkait doa buruk nabi tadi. Ternyata, nabi mulia tampil di hadapan sahabat dan memberi penjelasan: “Kemarin aku berdoa buruk kepada orang yang tidak berhak aku doakan begitu. Sungguh aku telah memohon kepada Allah SWT agar doa burukku itu berbalik menjadi rahmat baginya. Ya, karena aku hanyalah manusia biasa yang bisa marah seperti layaknya manusia kebanyakan".

Tesis ini dikuatkan oleh pernyataan Abu Hurairah yang mendengar Rasulullah SAW pidato begini: "Ya Tuhan, aku ini hanyalah manusia biasa yang bisa marah seperti yang lain. Sekiranya ada seorang mukmin pernah aku sakiti atau aku umpat atau aku pukul, mohon jadikan itu semua sebagai penebus dosa baginya, sebagai amal yang mendekatkan dia kepadaMu kelak di hari kiamat nanti.” (H.R. Muslim).

Persoalannya kini adalah, di sisi lain nabi juga pernah berdoa buruk bahkan mengutuk-ngutuk seseorang, juga kabilah tertentu. Seperti terhadap raja Herqules yang menyobek surat ajakan damai yang dilayangkan nabi. Nabi mengutuk: "semoga Allah merobek-robek kerajaannya". Dan setelah sekian tahun, di era sahabat, doa nabi itu terbukti. Juga terhadap suku Dzakwan dan beberapa suku lain. Jawabnya, kira-kira begini:

Pertama, jika yang penjengkelan nabi itu sifatnya menimpa pribadi, yang disakiti itu diri nabi, maka nabi bermulia hati, toleran, dan memaaf. Termasuk hal yang secara kalkulasi tidak membahayakan banget kepada umat islam, seperti keteledoran, maka nabi juga bermurah hati. Contohnya kasus sahabat yang teledor menjaga tawanan di atas.

Kedua, jika penjahatan tersebut merugikan umat islam, merendahkan agama islam, maka nabi bersikap tegas, mengutuk, bahkan siap angkat senjata. Seperti perang waktu itu, semuanya karena mereka menjahati lebih dahulu, mengancam nyawa atau mendurhakai agama. Meskipun perang diizinkan Tuhan, tapi persyaratan, aturan dan etika tetap wajib dipatuhi. 

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video