​ Didemo 5 Hari, Pemimpin Hong Kong Ogah Mundur | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​ Didemo 5 Hari, Pemimpin Hong Kong Ogah Mundur

Jumat, 03 Oktober 2014 11:23 WIB

? Joshua Wong, si kerempeng muda siswa SMA, ikon perjuangan Hong Kong. foto:repro bbc


HONG KONG (bangsaonline)

Kepala Eksekutif , Leung Chun-ying, berkeras tidak akan mundur. Meski demikian, dia menawarkan kesempatan perundingan antara pemerintahan dan demonstran prodemokrasi.

Dalam konferensi pers, pemimpin Hong Kong itu mengaku telah mengutus sekretarisnya, Carrie Lam, untuk membuka pintu dialog dengan kubu demonstran sesegera mungkin.

“Federasi Pelajar mengeluarkan surat terbuka meminta bertemu dengan kepala sekretaris, yang mewakili pemerintah , untuk mendiskusikan satu hal, yaitu perkembangan konstitusi . Saya tidak akan mundur karena saya harus lanjut bekerja untuk pemilihan umum,” kata Leung.

Para pemimpin demonstrasi merespons pernyataan tersebut seraya mengatakan bahwa mereka berniat berdiskusi dengan pemerintah, namun berkukuh Leung harus mundur.

“Bagaimanapun, kami hendak mengulangi pandangan kami bahwa Kepala Eksekutif Leung Chun-ying bertanggung jawab atas kebuntuan ini. Karena itu, dia harus mundur,” sebut pernyataan bersama kubu demonstran.

Kemarahan

Menurut wartawan BBC di , Ali Moore, demonstran tetap berkumpul di luar kantor Chun-ying Leung dan kompleks kantor pemerintah . Mereka datang dengan kemarahan dan berhadapan dengan polisi .

Steve Hui, juru bicara kepolisian Hong Kong, mengatakan pihaknya tidak akan menoleransi aksi anarkis di sekitar kompleks kantor pemerintah.

Aparat keamanan berhadapan dengan para demonstran dengan dipisahkan pagar besi.

Menanggapi eskalasi demonstrasi di , Lord Patten, selaku gubernur Inggris terakhir sebelum diserahkan ke Cina pada 1997, menilai aksi kekerasan tidak akan berlarut-larut.

“Cina punya banyak hal yang dipertaruhkan…Saya tidak yakin ini bakal menjadi seperti (Lapangan) Tiananmen.”

Fenomena Joshua Wong

Penampilannya sepintas tak meyakinkan: kerempeng, berkacamata, tampak lugu, jauh dari gambaran aktivis perjuangan -apalagi kalau dibandingkan dengan para pendekar kung fu seperti digambarkan dalam film-film shaolin, misalnya.

Namun dia digambarkan sebagai 'ekstrimis dan badut' oleh pemerintah Cina, karena Joshua Wong sedang mencoba memimpin sebuah revolusi sosial negerinya.

Dia tinggal di , daerah yang diperintah Inggris hingga 1997, dan sekarang diandaikan menjadi daerah otonom China.

Namun Cina dipandang sedang mengikis otonomi dan kebebasan di .

Yang jadi gara-gara adalah keputusan Cina, bahwa dalam Pemilu pertama 2017 mendatang, semua calon harus lebih dahulu disetujui psebuah badan yang dibentuk pemerintah Cina.

Maka Joshua, sebagaimana ratusan ribu warga lain, turun ke jalan melakukan protes.

"Rakyat tidak perlu takut pada pemerintah mereka," katanya, mengutip film V for Vendetta, Justru "pemerintah yang harus takut pada rakyat mereka."

Dampak politik

Di usia 15 tahun, ia dan beberapa temannya membentuk sebuah kelompok yang disebut Scholarism bertujuan, katanya, untuk memberikan suara politik pada kaum pelajar.

Pelajar dan mahasiswa, berunjuk rasa lebih awal dari yang direncanakan kelompok Occupy Central

"Meskipun pelajar masih di bawah umur, non-profesional dan tak memiliki status sosial," ia menjelaskan salam sebuah wawancara dengan sebuah surat kabar Hong Kong. Mereka tetap memiliki peran untuk ambil bagian dalam kebijakan pemerintah."

Dan gerakannya ternyata memberikan dampak langsung pada politik .

Pada tahun 2012 kelompok itu memimpin aksi 120.000 siswa yang berunjuk rasa dan dalam gerakan bersama kelompok lain berhasil membatalkan program pendidikan nasional pro-Cina dengan menduduki kantor-kantor pemerintah.

Kacamata, kaos, celana pendek, sepatu kets, adalah ciri khasnya

Para pemimpin politik terpaksa menunda rencana yang dirancang untuk mengajarkan siswa tentang doktrin Partai Komunis Cina, "maju, tanpa pamrih dan bersatu".

Sekarang, dua tahun kemudian, ia memimpin aksi protes terhadap keputusan bahwa Cina akan menentukan calon yang tampil dalam Pemilu mendatang.

Joshua Wong berpendapat hal itu membuat Hong Kong hanya semidemokrasi dan menyerukan teman-temannya untuk lebih peduli pada politik.

Ia yakin pelajar adalah orang-orang yang paling tepat untuk menyebarkan pesan itu, karena mereka 'idealis'.

Ancaman keamanan

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

 Tag:   Hong Kong

Berita Terkait

Bangsaonline Video