Tumor Mata Fadil Segera Dioperasi
Editor: Revol
Wartawan: Gunadhi
Senin, 08 Desember 2014 19:44 WIB
SURABAYA (BangsaOnline) - Setelah berbulan-bulan lamanya menahan sakit akibat gerogotan tumor ganas pada mata kanannya, Fadil Khairan Putra (3) akhirnya dirujuk ke RSU dr Soetomo Surabaya. Tumor yang tumbuh memanjang sekitar 20 cm dan diameter 8 cm menutup separoh wajah, rencananya akan dioperasi.
Anak pertama pasangan Tri Prastinah Wiyati (34) dan Hari (36) warga Desa Gambongan, Kecamatan Gedeg, Mojokerto, ini tiba di rumah sakit terbesar di Indonesia bagian timur, Minggu (7/12) sore. Spesialis mata RSU dr Soetomo Surabaya, Dr Hendrian SpM mengaku jika tumor yang diderita si pasien tergolong ganas dan berbahaya.
BACA JUGA:
Senam Prolanis Meriahkan HUT ke-56 BPJS Kesehatan
Dinkes Mojokerto Siapkan Skema Vaksinasi Booster untuk Masyarakat
Bupati Mojokerto Tinjau Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun
Prihatin, Kapolresta Sidoarjo Jenguk Warga Penderita Tumor Mata di Krian
"Sebelumnya kita observasi dulu sejauh mana tumor itu menyebar, tidak langsung kita operasi. Sebab jenis tumor ini ganas dan berbahaya bahkan susah dilakukan operasi," aku Hendrian kepada wartawan, Senin (8/12).
Sebab, sambung Hendrian, tumor yang besar dan ganas bisa mengancam jiwanya. "Jadi kita membuat pasien bisa bertahan hidup dan melakukan yang terbaik untuk matanya," jelasnya.
Sementara bapak Fadil, Hari, mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi anaknya. Apalagi dirinya hanya buruh kontrak di pabrik kayu di Gresik. "Saya serahkan ke pak dokter yang terbaik untuk anak saya. Saya sih berharap anak saya bisa sembuh normal seperti anak-anak biasanya," jelas Hari ditemani istrinya di ruang perawatan.
Seperti diberitakan Fadil Khairan Putra telah berbulan-bulan lamanya menahan sakit akibat tumor ganas yang menyerang mata kanannya. Tumor yang tumbuh memanjang mencapai sekitar 20 cm dan diameter 8 cm itu kini menutupi separoh wajah bocah malang berusia tiga tahun tersebut.
Ironisnya, hingga sejauh itu, belum ada uluran tangan baik pengobatan dan biaya dari pemerintah daerah setempat. Bahkan pihak Dinas Kesehatan setempat sendiri belum mendapat laporan soal penderitaan balita tersebut dan mengaku baru tahu setelah ramai diberitakan media massa.