Tafsir Al-Isra 90-93: Shalat Istisqa', Fakir Miskin di Baris Depan | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Isra 90-93: Shalat Istisqa', Fakir Miskin di Baris Depan

Editor: Redaksi
Sabtu, 25 April 2020 20:47 WIB

Ilustrasi shalat istisqa. foto: Radar Bogor.

Umat negeri ini tengah dilanda kekeringan dan kemarau panjang. Banyak manusia yang terpaksa minum air genangan yang tersisa di celah pematang. Menjadi korban asap dll. Lepas dari apa-apa, yang jelas kita mesti muhasabah diri sendiri. Sinyalemen Ebiet G. Ade pantes didengar: mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita yang selalu bangga dengan dosa-dosa...".

Cukup payah, pemerintah menyediakan jutaan galon air untuk memadamkan api akibat kebakaran hutan ribuan hektare, memodifikasi cuaca dengan biaya mahal, bahkan marah-marah kepada pemerintah daerah. Sangat bagus bila pak presiden menginstruksikan kepada rakyat agar doa bersama, sementara yang beragama islam mengadakan gerakan shalat istisqa' (shalat memohon hujan) sesuai petunjuk syariah.

Suruh wakil presiden definitif, KH. Makruf Amin menggerakkan ini. Bisa lewat tokoh-tokoh agama, kiai-kiai pesantren, ormas islam, Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM), dan lain-lain. Termasuk yang mengaku "paling syari'ah". Jangan hanya semangat memobilisir massa 212 saja.

Kibarkan bendera "La ilah illa Allah" secara ikhlas dan hakiki hingga benar-benar menyentuh langit. Lalu, men-download keberkahan-Nya turun ke bumi dengan segar dan nyaman. Itu baru bendera maslahah yang "rahmatan li al-'alamin", apapun warnanya.

Etika shalat istisqa' yang mesti dilakukan adalah: Pertama, umat Islam berpuasa sunnah Lillahi ta'ala selama tiga hari berturut-turut. Kedua, banyak-banyak beristighfar, termasuk meminimalisir maksiat. Tutup tempat maksiat, hentikan jogetan erotis selama masa tazallul (merendahkan diri di hadapan Tuhan) tersebut. Harus mau, karena ini kepentingan bersama, lintas agama. Dan ketiga, pada hari keempat, semua ke lapangan untuk shalat istisqa' bersama.

Jangan lupa, berpakaian biasa saja dan jangan sok dan bergaya. Ibarat orang mengemis, mesti berpakain lusuh dan merunduk. Mengemis pakai jas mahal and perlente tidak dipercaya oleh pemberinya. Sebaiknya, menunjuk imam dan khatib kiai zuhud yang tidak tenar, bukan kiai pamor, apalagi kiai politik.

Tempatkan orang-orang dlu'afa, fakir, dan miskin di barisan depan. Karena mereka paling membutuhkan. Sertakan hewan ternak seperlunya saja sebagai pendukung mendemo kebijakan langit, bisa kambing, bisa kucing. Usaha itu niscaya, soal hasil mutlak urusan yang Maha Kuasa.

Seperti dalam shalat berjamaah, sang imam dulu yang dilihat Tuhan. Jika imamnya bagus, maka semua dihitung bagus. Begitulah Rahmat-Nya. Jika imamnya tidak bagus, tidak apa-apa, Tuhan melihat makmum di shaff awal, lalu di shaff kedua, dan seterusnya. Jika ada yang bagus, permohoman dikabulkan. Jika tidak ada yang bagus sama sekali, Tuhan tetap memberi kebajikan kepada semua. Begitulah Rahmat Tuhan.

Jangan kecewa jika sudah shalat istisqa', lalu tidak turun hjan. Sangat mungkin tidak turun hujan di tempat di mana shalat diadakan, karena di tempat itu tidak atau kurang membutuhkan, seperti daerah pembuatan garam yang butuh panas panjang. Tapi berkat shalat anda, Tuhan menurunkan hujan di tempat lain yang paling membutuhkan. Tiada sia-sia usaha hamba yang beriman kepada-Nya. Barakallah fik.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video