Tafsir Al-Isra 102: Fir'aun itu Tahu Kebenaran, Tapi ... | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Isra 102: Fir'aun itu Tahu Kebenaran, Tapi ...

Editor: Redaksi
Senin, 27 April 2020 00:39 WIB

foto: Islampos.com

Nabi Musa A.S. pernah tandang sendirian ke istana Fir'aun, sementara Fir'aun sedang istirahat sembari berselimutan. Musa melempar tongkat sakti ke arah Fir'aun dan mendadak tongkat itu berubah menjadi ular yang sangat besar, hingga istananya-pun bisa ditelan. Fir'aun kaget bukan main, panik dan sangat takut. Lalu segera menutupi wajahnya dengan selimut, bak anak kecil yang tidak sanggup melihat hantu. Kayak begitu penuturan Mujahid.

Jadi, orang kafir itu sangat mengerti kebenaran, tapi karena gengsi, maka dia mengingkari. Fir'aun itu mengerti betul bahwa apa yang dimiliki Musa sungguh bukan sihir seperti sihir para tukang sihir istana. Apa yang dimiliki Musa adalah mukjizat yang kelasnya jauh di atas sihir konvensional. Tidak mungkin sihir bisa mencapai kesaktian seperti yang dia lihat.

Gengsi, sekali lagi karena gengsi, maka lebih memilih tetap kafir ketimbang beriman. Buta hati kayak begitu itu terjadi pada siapa saja, utamanya bagi mereka yang sudah punya status sosial lumayan. Semisal paman Abu Thalib, lebih memilih tetap pada agama nenek moyang meski menjelang ajal dipaksa-paksa berucap "La ilah illa Allah" oleh keponakannnya tercinta, Rasulullah SAW. Sekali lagi, bukanlah Abu Thalib tidak mengerti kebenaran, sejak bayi dia tahu kemuliaan keponakannya, tapi lebih karena gengsi.

Sifat angkuh, gengsi, sok harga diri itu ada pada setiap manusia dan kadang terlihat sejak kecil. Ada anak kecil yang melakukan kesalahan, lalu ditegur atau dilarang. Tapi dia tidak segera berhenti, malah njarak dan digawe-gawe. Meski diteriaki, tapi pura-pura tidak dengar.

Seorang bocah cilik membawa sendok logam dan dipukul-pukulkan ke meja kaca sebagai mainan, lalu dilarang. Memang ada yang menurut, tapi ada yang angkuh dan malah menjadi-jadi. Pukulannya makin keras dengan raut wajah yang muram dan melawan. Karena takut membahayakan, sendok diambil paksa dan diganti sendok plastik. Tapi si kecil tetap pada pendiriannya, tidak mau dan merebut sendok logam sambil menangis.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang. 

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video