Tafsir Al-Kahfi 9-10: Ashabul Kahfi dan Ashabur Raqim | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Kahfi 9-10: Ashabul Kahfi dan Ashabur Raqim

Editor: Redaksi
Selasa, 05 Mei 2020 23:51 WIB

Gua Ashabul Kahfi di Jordania. foto: Cheria Holiday

Pada ayat ini, pemuda Raqim (ashab al-raqim) dan pemuda goa (ashab al-kahf) dikisahkan gandeng dan bebarengan (ann ashab al-kahf wa al-raqim) menunjukkan bahwa sifat kisahnya punya kemiripan, alias ada kesamaan antara satu dengan yang lain. Boleh jadi, keduanya terjadi dalam satu kurun waktu dan di tempat yang berdekatan.

Yang jelas, keduanya adalah sama-sama orang beriman yang lari dari tempat tinggalnya demi menyelamatkan keimanannya. Ashab al-kahfi lari dan bersembunyi di sebuah goa besar nan luas, sedangkang ashab al-raqim lari ke sebuah desa atau lembah dan meninggal di sana. Di tempat itu, lalu dibangun monumen bertuliskan nama-nama mereka. Dan pada ayat selanjutnya dikisahkan, di sekitar situ dibangun sebuah masjid (21).

Kisah ashab al-kahf dan ashab al-raqim ini dielu-elukan di kalangan bani Israel sebagai kisah yang menakjubkan. Berlanjut pada jaman jahiliah, lalu zaman Rasulullah SAW diutus. Para sahabat juga terperanjat kagum dengan kisah mereka itu, bahkan sebagai manusia, nabi juga turut mengagumi.

Terhadap kekaguman mereka, Tuhan menegur dengan sebuah pertanyaan seperti tertera pada ayat ini. "am hasibta ann ashab al-kahf wa al-raqim kanu min ayatina 'ajaba". Apakah kamu mengira ... dst. Ini menunjukkan bahwa kisah mereka sesungguhnya hanya sebagian kecil dari tanda kekuasaan Allah SWT, dan tidak juga satu-satunya kejadian yang menakjubkan.

Masih banyak kekuasaan Tuhan yang jauh lebih menakjubkan dibanding dengan kisah mereka itu. Seperti penciptaan langit dan bumi, pengaturan siang dan malam, dan sebagainya. Pesan ayat ini adalah, agar orang beriman tidak mudah kagum terhadap sesuatu. Kekaguman yang berlebihan menyebabkan seseorang stagnan dan bodoh, hanya bisa mengelu-elukan tanpa kreasi.

Kedua, perlu ada pikiran banding, adakah yang lebih dari itu semua. Dan ketiga, yang tertinggi adalah dikembalikan kepada kekuasaan Tuhan, Dialah yang maha mencipta segalanya.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video