Tafsir Al-Kahfi 17-18: Seperti Tidur Dalam Ruang Ber-AC | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Kahfi 17-18: Seperti Tidur Dalam Ruang Ber-AC

Editor: Redaksi
Rabu, 13 Mei 2020 23:06 WIB

Ilustrasi

Sementara ayat 18 menambahkan tentang kondisi obyektif yang dialami oleh para pemuda goa. Mereka tidur dalam keadaan mata terbuka, sehingga andai ada orang datang melihat, maka dia akan mengira mereka itu terjaga. Padahal tidak demikian. Sungguh mereka dalam keadaan tidur yang sangat pulas. "wa tahsabuhum aiqadha wahum ruqud".

Tidak hanya itu, Tuhan memberlakukan hukum alam untuk kebaikan kondisi fisik mereka dengan cara membolak balik posisi tidur mereka. Ya miring ke kanan, telentang, dan juga miring ke kiri. Tujuannya agar sirkulasi darah tetap lancar dan tidak terjadi pembusukan pada bagian badan yang terus menerus tertindih.

Bahkan, Tuhan mengabarkan kondisi anjing yang menyertai. Anjing mengambil posisi di mulut goa sembari menjulurkan kaki depannya, bak security yang sigap menjaga di koridor.

Tidak ada keterangan lebih lanjut tentang anjing ini, apakah seperti keadaan majikannya yang tidur 309 tahun dan bangun lagi atau mati saat mengemban misi penjagaan di dalam goa tersebut. Keterangan al-qur'an sangat singkat, bahwa kondisigoa itu sangat serem dan menakutkan. " law ittala't 'alaihim lawallait minhum firara wa lamuli't minhum ru'ba".

Sengaja Tuhan menciptakan kondisi goa menjadi serem dan menakutkan agar tidak satu pun ada orang yang datang ke situs itu. Dengan kondisi macam itu, maka rencana Tuhan menidurkan mereka 309 tahun berjalan mulus tanpa gangguan. Untuk apa drama Tuhan macam ini?

"dzalik min ayat Allah. Man yahd Allah fala mudill lah, wa man yudlil fa lan tajid lah waliya mursyida". Di itulah Allah SWT memperlihatkan tanda kebesaran-Nya. Tinggal bagaimana sikap manusia. Siapa berhidayah, maka tak satu pun kekuatan mampu menyesatkan. Siapa sesat, maka tak bakalan ada yang menolong.

Di sini, sesungguhnya al-qur'an selalu menggiring umat manusia ke ranah teologis dengan meresapi tanda kebesaran Tuhan yang tak terjangkau akal. Bagi yang paham, maka beriman begitu saja tanpa ngeyel. Ya, karena memang di luar nalar dan Tuhan memang Maha Lintas Nalar. Itulah hidayah. Maka, setiap kali orang beriman melihat alam, apalagi yang menakjubkan, maka makin bertambah imannya.

Tapi tidak bagi yang "buta", maka gadis secantik apapun sungguh tidak menarik bagi-Nya. Semua ditepis karena kebutaan. Dan itulah namanya kufur. Kadang ada orang melek tapi pura-pura buta. Dia merasa akalnya "mesti" bisa menjangkau "akal" Tuhan, lalu mengilmiah-ilmiahkan diri dan jadinya tidak ilmiah setelah dihantam oleh yang sama-sama ilmiah. Lalu gugur dengan tidak terhormat.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video