Tafsir Al-Kahfi 19-20: 309 Tahun Hidup, Fisik Tak Berubah | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Kahfi 19-20: 309 Tahun Hidup, Fisik Tak Berubah

Editor: Redaksi
Sabtu, 16 Mei 2020 23:29 WIB

Ilustrasi orang tua sedang tidur. (mattressesofmuskoka)

Di tengah-tengah pembengongan mereka, kemudian ada yang berkata tuntas hingga dapat membubarkan diskusi itu "Rabbukum a'lam bima labitstum". Ia berkata: "Sudah-sudah, itu urusan Tuhan yang Maha mengetahui. Lebih baik kita sekarang cari makan, nih perut sudah keroncongan".

Dan mereka sepakat, tapi cukup satu orang saja yang keluar ke desa terdekat membeli makanan. Dan Tamlikha, yang paling muda yang ditugasi melaksanakan tugas ini.

Dalam menjalankan misi ini, ada pesan-pesan khusus kepada Tamlikha yang harus dipatuhi, antara lain:

Pertama, membawa uang (idzhabu bi wariqikum hadzih). Kedua, perginya ke kota (ila al-madinah). Ketiga, memilih makanan terbaik (fal yandhur ayyuha azka tha'ama). Keempat, dipastikan bisa dibawa pulang (falya'tikum birizq minh). Kelima, bersikap lembut, menutupi identitas (wal yatalattaf). Keenam, tidak menimbulkan curiga (wa la yusy'irann bikum ahada). Pesan ditutup dengan warning keras. "Awas, jika sampai mereka mengerti kita, itu sangat bahaya akibatnya".

Dari kisah mereka saat di dalam goa, keadaan fisik maupun alam, dialog, dan sikap mereka, bisalah dipetik pelajaran sebagai berikut:

Pertama, sesungguhnya waktu itu berjalan tetap dan sangat disiplin. Adalah normal, bahwa sehari-semalam adalah 24 jam, tak kurang, dan tak lebih. Tapi perasaan manusia berbeda-beda merasakannya. Semalaman bagi pengantin baru serasa satu jam saja. Tidak sama bagi yang sedang menunggu atau yang dipenjara.

Waktu normal untuk main sepak bola adalah 90 menit. Bagi yang haus kemenangan, tentu ngoyo sekali memanfaatkan waktu dan mengerahkan semua kemampuan dan keahlian. Tak pernah ada pemain yang santai. Serasa kurang jika kesebelasan itu tertinggal dan harus menyamakan angka. Tapi bagi tim yang sudah unggul, tentu ingin pertandingan segera berakhir.

Begitulah seharusnya orang beriman. Dunia ini sangat singkat dan singkat sekali. Sementara amal kebajikan kurang sekali. Maka tak selayaknya ada waktu terbuang sia-sia. Mesti padat prestasi dan ibadah.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video